Dalam beberapa bulan terakhir ini, di timeline sosmed saya banyak bertebaran kisah orang-orang yang tertipu oleh MLM atau investasi bodong. Di era pandemi yang penuh ketidakpastian ini memang banyak orang yang mengalami kesulitan finansial sehingga banyak orang yang akhirnya mencoba mencari "jalan pintas" untuk mengatasi masalah finansial mereka. Sayangnya, tidak sedikit pula dari mereka yang akhirnya tertipu dan mengalami kerugian lebih besar.
Sebenarnya keluarga saya sendiri juga pernah mengalaminya. Orang tua saya pernah dipaksa-paksa oleh seorang paman saya untuk ikutan MeMiles, semacam money game yang awal tahun ini akhirnya terbongkar sebagai investasi bodong. Sayangnya waktu itu saya sedang bekerja di luar negeri, jadi tidak bisa mencegah orang tua saya untuk termakan "godaan" iblis dari Paman saya itu.
Bagaimana sih cara untuk mengetahui apakah sebuah bisnis investasi itu berupa penipuan atau tidak? Banyak membaca dan bertanya kepada yang lebih ahli, itulah satu-satunya jalan supaya terhindar dari investasi bodong. Tapi di luar semua itu, tentu kita juga bisa menimbang menggunakan akal sehat kita, apakah sebuah investasi itu masuk akal atau tidak.
Pernahkah kalian berpikir, kenapa ada orang-orang yang bisa bergaul dengan siapapun, sementara ada orang-orang yang tidak memiliki teman sama sekali? Apa sih rahasianya, supaya kita menjalin relasi dengan lebih harmonis dengan siapapun? Bagaimana caranya supaya kita bisa mengetahui mana teman yang benar-benar tulus mau berteman dengan kita, dan mana orang yang mendekati kita hanya karena "ada kebutuhan"?
Melalui postingan kali ini, saya mau membagikan tiga filosofi hidup sederhana yang bisa dijadikan pegangan dalam berbisnis dan berelasi. Saya bukan ahli ekonomi ya, saya juga bukan pakar bisnis, tapi sepanjang perjalanan saya, tiga filosofi yang saya pegang ini cukup berhasil membantu saya dalam membina relasi yang baik dan menghindari bisnis atau investasi tipu-tipu.
Apa sih ketiga filosofi itu?
1. Uang Tidak Datang Dari Langit
Dalam Bahasa Mandarin sebuah pepatah yang berkata, "天下没有免费的午餐" (Tiānxià méiyǒu miǎnfèi de wǔcān / Di bawah langit tidak ada makan siang yang gratis)
Yang kalau diartikan kurang lebih adalah "Di dunia ini gak ada sesuatu yang gratis"
Makanya, kalau ada yang menawari kita sebuah bisnis atau investasi yang kedengarannya too good to be true, kita harus curiga. Ini uang darimana datangnya? Kalau memang ada cara semudah ini untuk mendapatkan uang, di luar sana kok masih banyak yang miskin?
Jadi intinya adalah, uang itu gak mungkin datang dari langit. Kalau ada yang nawarin bisnis atau investasi, coba pahami dulu sistemnya, keuntungannya datang dari mana? Legal gak? Bisa dipercaya gak? Soalnya banyak yang orang males mikir dan akhirnya mencari pembenaran dengan bilang "Ya udahlah coba-coba aja, siapa tau beruntung"
Padahal yang namanya money games atau investasi bodong itu memang mengincar orang-orang yang "malas mikir tapi ingin cepat kaya" seperti mereka. Awalnya mereka akan minta kita menanamkan sejumlah uang, terus dalam sebuah waktu cepat, mereka akan memberikan kita profit atau hadiah, supaya kita senang dan bersedia menanamkan uang lebih banyak. Hingga sampai suatu titik, uang yang kita tanamkan dalam jumlah besar itu akan raib. Poof. Pada akhirnya, nilai hadiah dan profit yang kita terima di awal, jumlahnya tetap gak akan sebandung dengan jumlah uang yang dibawa kabur itu. Itulah akibatnya dari "mencoba-coba"
Dalam berelasi juga begitu. Kalau ada orang yang super duper baik kepada kita, bahkan sampai melewati batas kewajaran, kamu harus hati-hati, karena mungkin saja orang itu ada maunya. Saya sendiri pernah mengalami hal itu. Saya diajak ketemuan oleh seorang kenalan. Dia ajak saya ke restoran mahal, dan makanan saya semua dia traktir. Di situ saya udah mulai agak curiga, karena selama mengobrol dia kelihatannya punya suatu maksud yang belum dia ungkapkan.
Sepulang dari restoran itu, dia ngajak saya untuk pergi ke spa mahal. Saya menolak-nolak, dan dia memaksa saya dengan iming-iming bahwa semua biayanya nanti dia yang bayar. Di sana saya 100% curiga dan tanya dia blak-blakan, dia butuh bantuan apa dari saya. Ujung-ujungnya ternyata dia bekerja sebagai "calo pendidikan" dan dia ingin meminjam nama serta ijazah S2 saya untuk didaftarkan ke sebuah perguruan tinggi yang baru saja berdiri. Jadi, nama saya akan dicatat sebagai dosen di situ, tapi pada kenyataannya, saya tidak bekerja di situ. Tentu saja saya menolak mentah-mentah.
Jadi inget, uang itu tidak datang dari langit. Pahami darimana datangnya keuntungan itu sebelum memutuskan untuk berinvestasi. Kalau ada orang yang baiknya gak wajar atau tawaran bisnis yang kesannya too good to be true, kita harus curiga, karena balik lagi, uang itu tidak datang dari langit, dan di dunia ini tidak ada hal yang gratis.
2. Equivalent Trade
Filosofi yang kedua, saya pelajari dari anime/manga Full Metal Alchemist. Buat temen-temen yang lahir di era 90-an, tentunya kalian udah gak asing dong dengan anime/manga yang satu ini?
Equivalent trade atau pertukaran yang setara itu artinya adalah : untuk mendapatkan sesuatu yang bernilai, kamu harus memberikan sesuatu yang nilainya sama (In order to achieve something of value, you must sacrifice something of equal value.)
Ini adalah prinsip yang saya pegang dalam hidup, baik dalam bekerja, berbisnis, ataupun berelasi.
Misalnya gini, pekerjaan yang gajinya 16 juta tentu tanggung jawabnya akan lebih berat daripada pekerjaan yang gajinya cuma 8 juta. Karena saat perusahaan memberikan kita gaji yang besar, sebaliknya mereka juga menuntut kinerja atau kontribusi yang setimpal dari kita. Makanya saya suka ketawa sendiri saat mendengar salah seorang teman saya yang gajinya belasan juta mengeluh atas pekerjaannya dan membandingkan dengan betapa santainya hidup dia saat gajinya masih di bawah 10 juta. Ya iyalah. Karena di dunia ini gak ada yang gratis, bro.
Dalam berteman dan berelasi, prinsip equivalent trade ini juga berlaku. Saya punya satu orang teman yang selalu bersedia mengantar-jemput saya dan teman-teman lainnya. Dan pernah beberapa kali, sepulang dari perjalanan, saya menawarkan dia untuk membagi rata biaya bensin yang dia keluarkan, dan dia menolak. Intinya, saya tidak bisa membalas kebaikan dia menggunakan uang.
Tapi sebagai teman yang baik, tentu saya tidak boleh lantas memanfaatkan kebaikan dia (take him for granted). Sesekali, saya akan bersikeras untuk membantu dia membayar biaya parkir. Kalau dia ulang tahun, saya akan kirimkan kue ke rumahnya. Kalo makan bersama dia, sesekali saya akan mentraktir dia. Mungkin yang dia cari memang bukan balasan dalam bentuk uang, tapi kita bisa membalas kebaikan dia melalui cara-cara lain. Dengan begini, hubungan persahabatan kita akan terasa lebih seimbang, tidak terasa berat sebelah.
Jadi ya uang yang kita keluarkan SEHARUSNYA seimbang dengan kepuasan yang kita terima. Barang branded yang harganya lebih mahal seharusnya kualitasnya lebih baik daripada barang KW yang harganya lebih murah. Earphone yang harganya jutaan seharusnya kualitas suaranya lebih baik daripada earphone made in China yang harganya cuma 50.000an.
Tapi dalam kasus tertentu, ada juga barang murah yg kualitasnya lebih baik daripada barang mahal. Kalau kalian menemukan barang murah yang kalian rasa kualitasnya lebih baik daripada barang mahal, bersyukurlah.
Ya itulah dua filosofi hidup sederhana yang saya pegang dalam berbisnis dan berelasi. Intinya sih simpel : keseimbangan. Jika kita ingin mendapatkan sesuatu yang bernilai dalam hidup, kita juga harus rela memberikan sesuatu yang nilainya sama. Kalau mau sukses dalam bidang akademis, kita harus meluangkan lebih banyak waktu untuk belajar dan mengerjakan tugas. Kalau mau sukses dalam suatu bidang, kita juga harus menginvestasikan dana, waktu, dan tenaga yang setimpal dalam bidang itu. Jangan mau serba instant, karena di dunia ini gak ada sesuatu yang bernilai yang bisa kita dapatkan dengan cuma-cuma. Bahkan cinta sekalipun. Orang yang awalnya mencintai kita bisa berubah jadi membenci kita jika kita tidak menghargai atau membalas cintanya. Jadi ya, mari kita belajar untuk menghargai apapun yang kita miliki saat ini, sebelum kita kehilangan semua itu.
Dan jangan pelit ilmu. Karena hanya dengan berbagi, baru kita bisa mendapatkan manfaat lebih dari ilmu yang kita miliki.
Ya, filosofi yang ketiga dan terakhir yang mau saya bagikan hari ini adalah :
3. Berbagi Itu Penting
Ya, ini adalah suatu hal menarik yang saya temukan dari pengalaman hidup saya : semakin banyak yang kita berikan, semakin banyak pula yang kita terima.
Berbagi di sini tidak selalu dalam bentuk materi ya. Masih banyak yang bisa kita bagikan kepada orang lain selain yang berupa materi, misalnya waktu, ilmu, dan juga tenaga.
Dan balasan yang kita terima pun, tidak melulu dalam bentuk materi. Bisa dalam bentuk relasi, misalnya kita jadi bisa kenal orang-orang yang dapat membantu kita mengembangkan potensi diri kita. Bisa dalam bentuk companionship, misalnya orang yang hadir di sisi kita saat kita butuh didengarkan. Dan masih banyak lagi.
Mari kita umpakan diri kita sebagai segelas air. Jika gelas kita penuh, maka setiap tetes air yang kita terima hanya akan membuat isi gelas kita luber. Karena itulah kita harus selalu berbagi, supaya kita senantiasa punya ruang kosong untuk menerima hal-hal yang baru, ilmu-ilmu baru yang bisa memperkaya diri kita.
Saya kenal seorang teman yang selalu dengan senang hati berbagi ilmu dan pengalamannya kepada orang lain. Suatu hari, dia berkata seperti ini kepada saya : "Banyak orang yang berlomba-lomba menimbun ilmu dan kekayaan dengan dalih "investasi di hari tua". Saya sih gak mau ya, sukses dan kaya sendirian. Karena saya gak mau menikmati hari tua saya di villa mewah, sendirian. Saya mau sahabat-sahabat saya juga semuanya sukses bersama-sama saya, supaya di hari tua nanti, kita bisa beli rumah sederhana yang bersebelahan, lalu setiap hari kongkow minum teh dan mengobrol bersama di beranda rumah. Dengan begitu, masa tua saya jadi lebih berarti."
Ya, segala sesuatu itu baru akan bernilai lebih jika dinikmati bersama-sama. Bukankah begitu?