Quantcast
Channel: Emotional Flutter
Viewing all 172 articles
Browse latest View live

Dan Pemenangnya Adalah...

$
0
0


Setelah melewati proses yg panjang dan melelahkan, akhirnya Lomba Foto Selfie berikut giveaway yg diadakan oleh blog kece Emotional Flutter ini pun ditutup. Pada tahap pertama, ada 16 orang peserta yg tercatat sebagai kompetitor untuk tahap kedua. Berbeda dengan giveaway sebelumnya di mana pemenangnya ditentukan melalui undian, di tahap kedua ini para pembaca setia blog Emotional Flutter ini pun berkesempatan untuk menentukan siapa pemenang Lomba Foto Selfie ini melalui proses voting yg berlangsung selama kurang lebih 17 hari.



Dan dua orang yg mendapatkan suara terbanyak dan dinyatakan sebagai pemenang serta berhak mendapatkan TONGKAT NARSIS adalah...

Juara 1 dengan total 481 suara adalah...MAHFUZH HUDA!!!


Juara 2 dengan total 479 suara adalah...ADI PRADANA!!


Selamat kepada kedua pemenang. Semoga Tongkat Narsis yg kalian menangkan ini bisa berguna dalam hidup dan juga karir kalian. Semoga tambah narsis dan juga kreatif, hehehe.

Dimohon kepada kedua peserta di atas untuk segera mengirimkan data-data berikut ini ke keppi_kun@yahoo.com

- Nama lengkap (untuk Adi, diwakilin Ayah Ibu nya dulu ya namanya hehe)
- Alamat lengkap, berikut kecamatan, kelurahan, RT, RW, dan jangan lupa kode pos nya
- Nomor telepon yg bisa dihubungi
- Warna tongkat narsis yg diinginkan, BIRU atau PINK

Oya, Mahfudz sebagai juara pertama berhak memilih warna Tongkat Narsis yg dia inginkan, dan Adi akan mendapatkan warna yg tidak Mahfudz pilih.



Buat mereka mereka yg belum beruntung, dimohon jangan berkecil hati ya. Tahun depan kalo gua pulang ke Indo lagi, gua pasti kembali ngadain giveaway dan bagi-bagi hadiah. Terima kasih juga untuk partisipasi teman-teman semua, mulai dari peserta lomba sampai para pembaca blog yg telah berpartisipasi memberikan suaranya.

Oya, buat temen-temen pembaca semua, minta masukan dan sarannya donk supaya giveaway-giveaway berikutnya bisa tambah seru.
1. Apa pendapat kalian mengenai giveaway kali ini?
2. Jika giveaway kali ini masih ada kekurangan, apakah kekurangan-kekurangan tersebut dan apa saran kalian untuk mengatasi kekurangan-kekurangan tersebut?
3. Apa pendapat kalian mengenai sistem yg diberlakukan di giveaway kali ini? (Selfie + voting)
4. Apa pendapat kalian mengenai hadiah yg diberikan di giveaway kali ini? Apakah cukup menarik, atau kurang?
5. Apa hadiah (yg masuk akal) yg kalian inginkan untuk giveaway-giveaway berikutnya?

Jika ada saran, masukan, kritik di luar kelima topik di atas, silakan tuliskan di kotak komentar.

Terima kasih banyak, sampai berjumpa di lain kesempatan =)

Aku dan Fistula, Sebuah Perjalanan "Cinta" (Part 3)

$
0
0

Lanjutan dari Part 2


29 Juli 2013

Entah berapa lama gua tidak sadarkan diri. Bisa dibilang, seumur hidup gua, ini baru kedua kalinya gua ngalamin yg namanya pingsan atau tidak sadarkan diri. Begitu siuman hal pertama yg gua rasakan adalah rasa sakit yg luar biasa di bagian selangkangan, seolah olah selama operasi dokter baru saja mencabik segumpal daging dari sana untuk dibikin bakso cincang...
"EIGHT! EIGHT!" teriak gua dengan suara parau.

Ngapain gua teriak teriak kayak gitu? Jadi begini ceritanya...
Beberapa saat sebelum masuk ruang operasi, ada seorang suster cowo yg bilang gini sama gua :
"Setelah kamu terbangun dari biusan operasi nanti, kalo ngerasa sakit, kamu harus kasih tau tim perawat kira kira segimana sakitnya supaya kita bisa kasih pain killer sesuai dosis yg dibutuhkan. Pake angka 1 sampe 10. Angka 1 kalo ga sakit, angka 10 kalo sakit banget. Oke?"

Jadi itulah yg gua lakukan. Begitu tersadar dari pingsan, hal pertama yg gua rasakan adalah rasa sakit di seluruh tubuh gua, terutama di bagian selangkangan. Dan secara refleks, gua langsung terpikir untuk meneriakkan angka delapan, dalam bahasa Inggris.
"EIGHTTT!!! EIGHTTTT!!!!" walaupun mungkin karena suara gua sangat parau saat itu, yg terdengar oleh para suster mungkin adalah "EIII...EIIIII"

Para suster melihat ke arah gua dengan bingung. Gua tersadar bahwa mereka ga mengerti maksud gua. Kemudian, entah ide cemerlang dari mana, atau mungkin efek anestesi yg membuat otak gua rada error, gua pun kembali meneriakkan angka delapan, kali dalam bahasa Mandarin.
"PAAAA...PAAAAAAA!!!!!" (Dalam bahasa Mandarin, angka delapan "Ba" dilafalkan dengan bunyi mirip "Pa" dalam bahasa Indonesia)

"I think he's hallucinating. He's calling his Dad" (Sepertinya dia berhalusinasi, dia manggil-manggil bokapnya) kata seorang suster cowo di samping gua.
Sial, kesel banget gua. Andaikan badan gua rasanya ga kayak baru dilindes buldoser kayak gini, gua pasti udah loncat dan kasih tendangan "Rider Kick" ke wajah suster cowo yg barusan.


Tapi di tengah rasa sakit dan amarah yg melanda otak gua hari itu, tiba tiba terlintas di kepala gua bahwa orang Singapore kebanyakan juga ngerti Bahasa Melayu, mungkin ada bagusnya kalo gua teriak teriak...
"DELAPAN! DELAPAN!"
Walaupun, ya sekali lagi, karena tenggorokan gua kering dan sakit saat itu, ada kemungkinan teriakan gua terdengar seperti "Delman! Delman!"

Teriakan gua yg kali ini berhasil menarik perhatian para suster.
"I think he's trying to say something" (kayaknya dia berushaa ngomong sesuatu) kata si suster cowo.
"I think he's in pain" (kayaknya dia kesakitan) kata si suster cewe.
YES, akhirnya mereka ngerti juga maksud gua.
"ONE TWO THREE FOUR FIVE SIX SEVEN EIGHT...EIGHT...EIGHT!!!!" teriak gua kali ini.

Beberapa lama kemudian, si Suster ngasih gua delapan butir Panadol. Gua sempet bingung ngeliatin mereka. Gua kesakitan, ngapain dikasih Panadol? Disuruh mati overdosis, gitu? Tapi kemudian gua ngerti. Ohhh, iya ya, Panadol kan sebenernya painkiller.

Dan bener, setelah gua minum kedelapan butir Panadol tersebut, rasa sakitnya berangsur hilang dan gua pun kembali tidak sadarkan diri.



Sayup sayup gua denger suara nyokap gua dan kemudian gua pun tersadar di atas ranjang rumah sakit. Di samping gua, ada mama dan juga adik gua. Mereka bilang ke gua bahwa operasi gua berlangsung sekitar 1,5 jam, tapi setelah operasi, gua diem di emergency room selama 2,5 jam karena kondisi gua dianggap belum stabil.

Hal yg pertama gua lakukan, dengan konyolnya, adalah meraba selangkangan gua. Meskipun bagian bawahnya diperban, tapi gua harus memastikan bahwa dokter ga salah potong. (Serius, waktu itu gua beneran takut kalo dokternya salah potong. Maklum, masih perjaka, hehe.) Oke, sang phoenix dan dua buah telurnya masih ada. Gua sedikit lega.

Hal kedua yg gua rasakan adalah leher gua sakit banget, agak lecet malah kelihatannya, katanya sih gara gara selama dibius tadi, leher gua dimasukin selang untuk alat bantu pernafasan. Kaki kanan gua juga sakit banget, seperti habis kram. Dan gua ga bisa duduk atau berbaring secara normal karena dari selangkangan sampai pantat gua diperban. Gua harus duduk bersandar ke ranjang rumah sakit (ranjang bisa diberdiriin) sambil ngangkang. Yup, ngangkang, seperti ibu hamil di film film yg lagi sibuk ngeden sambil jerit jerit karena kepala bayinya udah nongol sebagian. Cuma bedanya, gua ga pake jerit jerit, badan lemes banget kayak ga ada tenaga dan semua tenaga yg tersisa udah gua habisin di emergency room tadi buat teriak teriak angka delapan dalam tiga bahasa.



Sebenernya mama gua pengen nemenin gua di rumah sakit semaleman, tapi karena di rumah sakit ini mereka tidak menyediakan sofa ataupun ranjang untuk penunggu pasien, akhirnya setelah dibujukin mati matian sama gua dan adik gua, akhirnya mama gua pun meninggalkan gua, dengan berat hati. Gua pikir, ah buat apa mama nungguin di rumah sakit, toh gua yakin gua bakal dikasih obat dan tidur pulas semalaman.

Tapi ternyata gua salah, karena malam itu ternyata akan menjadi salah satu malam terpanjang di dalam hidup gua...

(To be continued...)

Then, Now, and Forever (Part 1)

$
0
0


September 2013

Dengan letih, gua menyeret koper gua keluar dari bandara. Ya, setelah penantian panjang selama 12 jam di bandara Kuala Lumpur dan 5 jam penerbangan, akhirnya gua bisa menghirup udara segar Guilin untuk pertama kalinya. Dengan Bahasa Mandarin gua yg udah lumayan lancar, gua sama sekali tidak kesulitan mencari taksi dan beberapa menit kemudian, mata gua sudah dimanjakan oleh gunung-gunung dan sungai yg indah, sebuah pemandangan yg biasanya hanya gua lihat di lukisan-lukisan China kuno.

"Kamu ke sini untuk sekolah?" tanya si tante supir taksi dengan logat mandarinnya selatannya yg kental. Yup, di China sini, wanita pun banyak yg berprofesi jadi supir taksi.
"Iya, saya ke sini untuk kuliah S2" jawab gua, masih sibuk memandangi pemandangan indah di luar jendela.
"Kamu dari negara mana?"
"Indonesia"
"Bahasa Mandarin kamu lumayan lancar, dulunya kamu belajar di mana?" tanya si Tante lagi.
"Di Shijiazhuang, Hebei" jawab gua.
"Berapa lama?"
"Satu tahun"
"Wah, satu tahun doank, tapi kok bisa lancar seperti ini? Banyak bergaul sama orang China ya?"
"Hehe" gua nyengir, agak agak tersipu malu. "Iya tante, tuntutan lingkungan sih, mau gimana lagi?"
"Kepikiran mau cari pacar orang China ga?" tanya si tante lagi. Sebuah pertanyaan, yg langsung membangkitkan perasaan yg selama beberapa bulan ini, gua kubur dalam-dalam di sudut hati gua.

Gua tersenyum pahit, tapi gua rasa si tante tidak menyadari hal itu.
"Ngga deh tante, takut ga cocok"
"Ehhh, jangan ngomong gitu. Di kampung halaman tante di Hunan banyak cewe yg cantik-cantik, mau tante kenalin ga?" tanya si tante penuh semangat.
Deg! Hunan. Satu kata itu udah cukup untuk bikin jantung gua bagaikan diremas-remas. Sakit. Tapi gua tetep senyum, dan jawab :
"Boleh deh tante, gimana tante aja"
Dan akhirnya, belum sampai satu jam di Guilin, udah ada tante-tante yg minta tukeran ID Wechat sama gua.

Guilin, at night

Mungkin karena gua sebelumnya udah pernah tinggal selama satu tahun di Shijiazhuang, jadinya gua ga kaget-kaget amat sama keadaan di Guilin ini, toh sama-sama masih di China. Hari pertama gua di Guilin itu dihabiskan dengan beres-beres kamar, ngurusin dokumen-dokumen buat resident permit di tata usaha, beli kartu telepon, buka account di bank, dan juga pasang Internet. Dulu waktu pertama sampe ke Shijiazhuang, karena ga bisa ngomong Mandarin sama sekali, gua butuh waktu 2 minggu untuk bisa ngurusin semua itu, itu juga dengan dibantuin temen-temen Indo gua yg Mandarin nya udah jago-jago. Sekarang? Kurang dari 6 jam, semuanya bisa gua beresin, sendirian.

Begitu gua selesai ngurusin Internet, ga kerasa langit udah gelap dan bahu gua mulai pegel-pegel. Dipikir-pikir, memang sejak tadi malem nangkring semaleman di bandara Kuala Lumpur sampai tadi di pesawat, gua baru tidur kurang lebih 2 jam. Selaen roommate gua dan laoshi-laoshi di tata usaha, gua belom kenal siapa-siapa di Guilin ini, jadi setelah makan malam sendirian di tengah hiruk pikuknya lingkungan baru yg serba asing ini, gua memutuskan untuk istirahat lebih awal.

Malam itu gua kembali memimpikan dia, sosok yg selalu hadir mengusik batin gua semenjak gua dan dia putus 2 bulan yg lalu. Gua ga inget apa isi mimpi gua malam itu, yg jelas, hari itu gua beberapa kali terjaga di tengah malam buta sambil bersimbah peluh dan air mata.

Dari asrama gua ke gedung tempat gua kuliah butuh waktu 20 menit jalan kaki. Tapi karena hari itu adalah hari pertama gua masuk kuliah, gua memutuskan untuk berangkat lebih awal. Udara pagi itu lumayan sejuk dan di tengah perjalanan gua banyak berpapasan dengan orang-orang yg sedang lari pagi, membawa anjingnya jalan-jalan, atau kakek nenek yg sedang latihan Taiji. Gua memandang awan-awan putih yg sedang berjajar dengan megahnya di langit biru, dan seiring dengan rasa pedih yg kembali menyengat di dada gua, sosok itu pun kembali muncul di benak gua.

Kembali ke China dan melanjutkan kuliah S2 adalah suatu hal yg dulu sangat gua nanti-nantikan, tapi kenapa sekarang hati gua terasa begitu hampa? Guilin dan Hunan hanya terpisah beberapa jam perjalanan naik kereta saja, tapi mengapa hari-hari yg dulu gua lalui bersama dia seolah-olah terasa begitu jauh?

Kalo memang gua dan dia ga berjodoh, lalu kenapa Tuhan mempertemukan kita? Kalo dia bukanlah sang belahan jiwa gua, lalu lantas siapa? Sampe kapan gua bakal terus terombang-ambing, bagaikan sehelai daun yg terdorong oleh derasnya arus sungai. Dari hulu ke hilir, dan kembali ke samudra luas, kembali mencari sekeping hati yg akan jadi tempat perhentian terakhir gua, kembali memulai...dari NOL.

Sementara hati terus mencaci maki sang takdir, kaki gua terus melangkah, dan tanpa gua sadari, gua udah sampe di gedung tempat kuliah gua. Dengan langkah gontai gua melangkah menaiki tangga ke lantai dua dan di situlah, di depan ruang 203, gua berpapasan dengan GADIS ITU...




You never know when you're about to meet someone very important. It's not like life gives you a warning. You just look up and there they are.” ~ Ted Mosby, How I Met Your Mother ~

(To be continued...)

Small Thing That Makes A Big Difference

$
0
0


Selama sekolah di China gua menemukan bahwa orang bule lebih sulit beradaptasi di sini daripada orang Asia. Apakah karena memang perbedayaan budaya yg lumayan jauh, ataukah alasan lain? Sampai hari ini gua masih ga tau jawaban tepatnya apa. Tapi satu hal yg gua tau, letak masalahnya ada di dalam sikap dan juga pola berpikir.

Buat temen-temen yg pernah belajar Mandarin di Indonesia, pasti di pertemuan pertama, kalian akan diajarkan ngomong "Ni Hao Ma?"(你好吗?). "Ni Hao" ini katanya sih adalah cara kita menyapa seseorang dalam Bahasa Mandarin. Ni artinya adalah "kamu" dan Hao adalah "baik", jadi mungkin "Ni Hao Ma?" itu kalo diterjemahkan secara harafiah ke dalam Bahasa Indonesia artinya adalah "Apa kabar?"

Tapi tau ga, sepanjang gua hidup di China selama dua tahun terakhir, gua jarang banget denger orang China nyapa menggunakan kalimat "Ni Hao Ma?" Bahkan setelah gua tanya ma Laoshi gua, beliau bilang bahwa bukan budayanya orang China untuk menyapa dengan kalimat "Ni Hao" Lantas, gimana donk caranya orang China menyapa seseorang di saat mereka berpapasan di jalan?

Hey, udah makan belum? Hei, chi fan le ma? (嘿,吃饭了吗?)
Mau ke mana? Ni yao qu na r? (你要去哪儿了?)
Siang ini mau ngapain? Jin tian xia wu yao gan ma ne? (今天下午要干嘛呢?)
Dan lain sebagainya. Sebenernya ga jauh beda sama cara orang Indonesia saling menyapa kan?

Tapi tau ga, hal ini sering membuat para bule terganggu, bahkan merasa tersinggung. Temen bule gua sering banget curhat soal ini. Kalo ada orang China yg nanya ke mereka : "Udah makan belum?", bule-bule tuh sering mikirnya : "Udah makan atau belum itu urusan gua, apa urusan lu?"atau "Kenapa sih dia pake nanya gitu? Memangnya gua keliatan segitu miskinnya ya sampe ga mampu beli makan?" 

Lebay banget ya? Orang orang bilang bahwa bule sejak kecil udah dibiasakan untuk berpikir kritis, tapi menurut gua, ada kalanya berpikir positif itu lebih penting daripada berpikir kritis. There are times when being KIND is more important than being RIGHT. Bagaimana menurut temen-temen pembaca sekalian?

Gua juga sering kok ditanyain sama ayi-ayi penjual bacang di depan asrama, "Udah makan belum? Kok sendiri, pacarnya mana?" dan lain sebagainya, tapi gua sih ga pernah ngerasa tersinggung atau bete soalnya buat gua sih yg namanya basa-basi dan tegur sapa tuh salah satu bentuk silahturahmi. Bahkan kalo ada temen orang China yg nanyain gua udah makan atau belum, di dalem hati gua malah mikirnya "Wah, mungkin dia mau ajak gua makan ke tempat enak yg gua belum tau nih?"

Dan dua buah sikap berbeda di atas juga membawa dua hasil yg berbeda.  Kalo papasan sama temen China, temen bule gua sering masang muka jutek terus ngeleos pergi. Sementara kalo gua dan temen temen Indo laen papasan ma temen China di jalan, dari berpapasan ga sengaja di jalan, bisa sampe jadi ngobrol dan keketawaan selama 15 menit di pinggir jalan, dan kemudian berlanjut dengan kita ditraktir makan ke restoran beberapa hari setelahnya.

Jadi intinya, lewat postingan ini gua bukan mau ngajarin gimana caranya dapet makanan gratis di China, bukan. Tapi bagaimana perbedaan sikap dan pola pikir dapat membawa perubahan yg besar di dalam hidup kita. Tidak semua hal yg terjadi pada kita adalah hal yg negatif, semua itu kembali kepada bagaimana cara kita memandang hal tersebut.

Misalnya, ada seseorang yg nanyain umur kita. Orang yg negatif thinking mungkin akan langsung berpikir : "Mau apa ni orang nanya-nanya umur gue?""Emang gue keliatan setua itu ya?""Kok dia bisa nganggep gua tua? Jangan-jangan kulit gua udah mulai keriput?" Dan lain sebagainya. Padahal, mungkin orang itu nanya dalam konteks netral, hanya sekedar basa-basi, atau mungkin, sebenernya dia ada maksud positif, mau muji atau mau nawarin pekerjaan. "Wah, umur 27? Kok ga keliatan ya? Gua pikir lu baru 22. Mau jadi pramugari di perusahaan penerbangan gua ga?"
Bisa aja kan ternyata dia menjawab demikian?

So yeah, cobalah terapkan kebiasaan berpikir positif di dalam hidupmu, kawan. Kadangkala suatu masalah yg kita hadapi tidak seberat seperti yg kita bayangkan. Seseorang yg berhasil adalah seseorang yg mampu mengendalikan jalan pikiran dan juga emosi pribadinya. Setiap kali kita menghadapi suatu orang atau masalah, hadapi dengan kepala dingin, ambil positifnya dan buang negatifnya. Mulailah berpikir positif mulai dari saat kita menghadapi kejadian-kejadian kecil di dalam kehidupan sehari-hari kita. Karena seringkali, yg dapat membawa perubahan besar di dalam hidup bukanlah suatu kebetulan luar biasa yg datang 10 atau 20 tahun sekali, melainkan sikap dan kebiasaan yg kita pupuk sehari-hari selama bertahun-tahun.


I'm a BIG man with a BIG dream

$
0
0


From every wound there is a scar, and every scar tells a story. A story that says, "I survived."

Sejak SD, gua sering dibully. Padahal waktu itu badan gua termasuk tinggi besar di kalangan anak-anak seumuran gua, tapi mungkin karena gua orangnya ga pede, agak pengecut, ga berani ngelawan, jadinya anak-anak baong yg badannya cuma segede kutil pun berani ngisengin gua.

Sampai suatu ketika, waktu gua kelas 2 atau 3 SD, gua pergi ke undangan kawinan. Sudah jadi hukum ga tertulis bahwa di yg namanya undangan, orang tua akan sibuk ngobrol dengan orang tua lainnya, sementara anak anak kecil akan berlarian kesana kemari di luar pengawasan para suster atau pembantu karena mereka juga sibuk "ngerumpi" dengan teman-teman satu profesinya.

Jaman itu, yg namanya pesta kawinan, pasti dekorasinya melibatkan sebuah huruf raksasa dari es (yg hanya tahan sampai setengah acara, kemudian meleleh menjadi bongkahan bongkahan tidak berbentuk) Saat itu, mungkin karena tampang gua yg culun dan gerak-gerik gua yg kikuk, sampai di pesta kawinan pun gua masih dibully sama anak-anak yg tidak gua kenal. Ditambah lagi saat itu pestanya outdoor, jadi tempatnya lumayan luas dan strategis untuk bermain perang-perangan.

Ada satu anak laki-laki gundul yg dengan karisma (dan kekasarannya), berhasil menjadi komandan hari itu. Dia pun kemudian menginstruksikan para anak buahnya untuk melempari gua dengan potongan buah-buahan dan gelas kertas bekas. Gua lari berlindung di bawah meja, bersembunyi di balik taplak. Pada saat itu lah, di bawah meja, kepala gua menghantam sebuah kepala lainnya. Seorang gadis manis pun mengaduh sambil memegangi jidatnya di hadapan gua.

"Aduh sori" kata gua.
"Soti sori tujuh puluh" kata gadis itu judes. "Kamu ngapain di bawah meja?"
"Ngumpet. Kamu?" tanya gua balik.
"Aku juga ngumpet. Liat nih, baju aku kotor dilemparin buah." kata gadis itu, yg kemudian gua taksir, kira-kira umurnya sebaya dengan gua.
Kita pun mengobrol beberapa saat dan kemudian gua pun tau bahwa gadis manis ini bernama Vidya.

Vidya memicingkan mata, melihat gua dari ujung rambut sampai ke ujung kaki.
"Badan kamu besar gitu, kenapa harus takut sama mereka?" tanya Vidya.
Gua diem, ga bisa jawab. Gua juga ga tau kenapa gua selalu takut menghadapi para anak-anak nakal yg suka ngebully gua. Apakah karena jumlah mereka banyak? Atau...sebenernya gua sendiri ga pede sama badan gua yg besar ini?

Vidya, seolah-olah mengerti isi hati gua, menempelkan kedua tangannya ke pipi gua, memaksa gua untuk menatap dia, face to face.
"Dengerin ya, kamu dikasih badan gede sama Tuhan pasti ada tujuannya. Badan kamu besar, itu tandanya Tuhan ingin kamu melindungi mereka mereka yg lebih kecil dan lebih lemah daripada kamu. Bahu kamu lebar, itu tandanya tenaga kamu kuat dan kamu bisa menanggung beban yg berat. Badan kamu tinggi, itu tandanya kamu ditakdirkan untuk meraih impian yg tinggi..."

Kata kata Vidya terputus saat si Gundul dan anak buahnya menemukan tempat persembunyian kami berdua, dan mulai melempari gua dan Vidya dengan aqua gelas. Gua dan Vidya segera merangkak keluar dari bawah meja, namun tanpa disangka, sebuah aqua gelas tepat mengenai wajah Vidya dan pecah, membuat wajahnya menjadi basah kuyup. Saat itu, entah karena amarah atau kesambit sesuatu, tanpa berpikir panjang gua pun mengambil sebuah bongkahan es batu dari patung es yg sudah meleleh di atas meja dan melemparkannya ke arah si Gundul. BLETAKKK! Bongkahan es itu tepat mengenai dahi si Gundul. Ia pun terjungkal jatuh ke belakang, darah mengucur dari dahinya.

Melihat pemimpinnya jatuh bersimbah darah, anak buah si Gundul yg semuanya masih bau kencur itu pun segera menangis hebat. Gua terbengong bengong sendiri melihat kejadian itu, tapi kemudian Vidya menarik tangan gua dan kita berdua pun berlari, sembunyi di belakang panggung tempat kedua mempelai sedang memotong kue pengantin...

The rest is history. Di saat acara selesai, gua dan Vidya pun memberanikan diri keluar dari belakang panggung untuk mencari orang tua kita. Pada saat itu, si Gundul dan para anak buahnya sudah tidak ada di dalam ruang resepsi. Belakangan gua denger dari orang tua gua bahwa luka si Gundul tidak parah. Darahnya berhenti setelah diobati dan dia pun dibawa pulang lebih awal oleh orang tuanya untuk diobati lebih lanjut. Tidak ada satupun yg menyaksikan kejadian itu, ataupun mengetahui siapa pelaku yg mencederai si Gundul hari itu.

Hari itu pun adalah pertama dan terakhir kalinya gua bertemu dengan Vidya karena setelah itu, gua tidak pernah bertemu dengan dia lagi. Gua denger dari ortu gua katanya sewaktu kerusuhan May 1998, keluarga kedua mempelai yg menikah hari itu pindah ke US. Mungkin Vidya juga ikut bersama mereka. Darimana gua tau kalo Vidya adalah kerabat dari kedua mempelai yg menikah hari itu? Karena satu-satunya kenangan yg tersisa akan Vidya hanyalah sebuah korsase yg Vidya sematkan ke baju gua saat kita berada di belakang panggung...



Setelah hari itu, gua pun tidak langsung berubah drastis menjadi seorang pemberani, tidak. Di sekolah, anak-anak yg ngebully gua makin lama makin banyak dan juga makin heboh. Tapi berkat pengalaman hari itu, gua tau bahwa gua sebenernya kuat dan gua harus menggunakan kemampuan gua itu bukan hanya untuk diri gua sendiri, tapi juga untuk orang lain.

(Buat temen-temen yg udah lama ngikutin Emotional Flutter dan pernah baca cerbung First Love karya gua, pasti tau bahwa pada akhirnya yg bikin gua bangkit dan mampu melawan orang-orang yg membully gua adalah cinta pertama gua ^^ Buat temen-temen yg belum baca, tunggu apa lagi?)

With greater power, comes greater responsibility kata Uncle Ben kepada Peter Parker, sang Spiderman. Itu pula yg gua rasakan. Gua dilahirkan dengan badan yg tinggi, besar, dan kuat tentunya bukan tanpa tujuan. Gua akan jadi seseorang yg kuat, tahan banting, dan tidak pernah menyerah meski dihadang kesulitan seberat apapun. Gua harus berani bermimpi, mempunyai cita-cita setinggi langit, dan yg akan gua capai dengan kemampuan gua sendiri, satu demi satu. And last but not least, tentunya semua yg gua lakukan dalam hidup ini selayaknya bukan hanya demi keuntungan gua pribadi, tapi juga demi memberikan perubahan positif dalam hidup orang-orang di sekeliling gua.

Being different doesn't mean that you are not good enough. Jangan pernah berpikir bahwa karena kamu berbeda, lantas kamu tidak cukup baik atau layak untuk berbahagia. Setiap orang punya jalan dan caranya sendiri untuk mencapai kebahagiaan, dan kepercayaan itulah yg harus kamu temukan di dalam hidup ini.

Dan atas dasar itulah, blog ini gua buat. Blog personal ini adalah saksi, bahan refleksi, sekaligus jurnal perjalanan pribadi gua di dalam mewujudkan semua impian tersebut =)

Postingan ini dibuat sebagai syarat penerimaan anggota Grup Blogger Personal : Blogger Energy

Photobucket

PS : Yg mau tau, seberapa besarnya mimpi gua? Silakan baca 100 Bucket List ini =)

Bakpao Goubuli, Bakpao Ter-ENAK di China

$
0
0


Bakpao "Goubuli" (狗不理) adalah salah satu jajanan terkenal di China. Bakpao ini berasal dari kota Tianjin yg terletak di China utara, dekat kota Beijing. Saking terkenalnya bakpao ini, banyak orang yg berkata "Kamu tidak bisa bilang pernah mampir ke Tianjin apabila belum makan Bakpao Goubuli"



Darimana kah asal nama "Goubuli" yg ini? Di China, selalu ada kisah unik yg menyertai setiap jenis makanan, begitu pula dengan Bakpao Goubuli ini.

Sejarah mencatat, Bakpao Goubuli ini diciptakan oleh seseorang bernama Gao Guiyou pada tahun 1858. Gao adalah seorang anak pedagang bakpao, dan setelah tumbuh dewasa, ia pun meneruskan kios bakpao milik ayahnya. Karena keseriusan dan kegigihannya menekuni usaha bakpao milik ayahnya, bakpao buatan Gao semakin lama semakin terkenal akan ukurannya yg besar, teksturnya yg lembut, dan rasanya yg gurih.



Makin hari, makin banyak orang yg membeli bakpao buatan Gao ini, bahkan antreannya pun mencapai ratusan orang. Gao terkenal sebagai seseorang yg sangat ramah dan menyenangkan, namun akibat membludaknya jumlah pembeli bakpaonya, kini ia sibuk bekerja siang dan malam membuat bakpao, sehingga tidak ada waktu untuk beramah tamah dengan para tetangga maupun langganannya. Akibat hal ini, orang-orang suka berkelakar, "Gouzi (狗子,nama kecil Gao Guiyou), kini hanya peduli pada bakpao, ia sudah tidak peduli terhadap kita lagi"

Dari sinilah nama Goubuli itu berasal. Gǒubùlǐ  (狗不理) berarti "Gou tidak peduli" 




Info : Dalam bahasa Mandarin, "tidak peduli" dilafalkan dengan "不理" (bùlǐ)

Lalu bagaimana Bakpao Goubuli ini bisa menjadi suatu brand nasional di China? Kabarnya, suatu hari Komandan Yuan Shikai (yg suka baca sejarah pasti udah ga asing sama nama ini) pernah membeli bakpao ini dan mempersembahkannya kepada Ibu Suri Cixi (nenek Kaisar Puyi, kaisar terakhir di China). Dalam satu gigitan, Ibu Suri pun jatuh cinta pada bakpao ini, dan sejak itulah, Bakpao Goubuli menjadi bakpao yg terkenal di seluruh daratan China.

Gua dan temen-temen Indonesia di Shijiazhuang dulu pernah merasakan sendiri Bakpao Goubuli (versi mini) ini di tempat asalnya, Tianjin, waktu kita pergi ke sana pada tahun 2012. Dan rasanya? Hmmmmmmm...sulit dilukiskan dengan kata-kata...





Dewasa kini, selain di Tianjin, teman-teman bisa menemukan Bakpao Goubuli (diterjemahkan ke dalam Bahasa Inggris menjadi "Go Believe Stuffed Buns") yg dijual dalam berbagai bentuk dan juga rasa ini di kota-kota besar di China seperti Beijing dan Guangzhou. Tapi hati-hati jangan sampai salah pilih restoran karena sama halnya seperti Brownies Kukus Amanda di Indonesia, merk Goubuli ini juga sangat sering dicatut oleh pihak-pihak yg tidak bertanggung jawab.

Ingat baik-baik, jika suatu hari pergi ke China, jangan lupa makan Bakpao Goubuli! =)

Setelah membaca, jangan lupa tinggalkan komentar ya. Ga usah punya accpunt Blogspot untuk bisa komen, cukup tinggalkan nama dan alamat email saja. Di post berikutnya, gua akan membahas mengenai jenis-jenis bakpau apa saja yg ada di China. Stay tuned, hanya di Emotional Flutter.  =)

Guilin, Surganya Osmanthus di Musim Gugur

$
0
0


Musim gugur mungkin adalah musim yg paling indah di Guilin, kota tempat gua tinggal sekarang. Meskipun di sisi musim gugurnya tidak dipenuhi daun daun merah kuning yg berguguran seperti di bagian utara China, tapi ada satu hal special yg hanya bisa ditemukan di Guilin pada musim gugur, apakah itu?

Guilin adalah sebuah kota yg terkenal sangat lembab karena terletak pada ketinggian di bawah permukaan laut. Menurut para ilmuwan, pada jaman purbakala dulu, daerah tempat kota Guilin berada ini terendam di dasar laut. Dan itulah alasan mengapa di Guilin ini terdapat banyak bukit-bukit Karst yg menjulang dengan indahnya bak di lukisan-lukisan China kuno.



Pada musim dingin, semi, dan panas, Guilin mempunyai tingkat kelembaban dan curah hujan yg sangat tinggi. Nah, musim gugur ini adalah musim yg paling kering di Guilin. Cuaca berkisar antara 16-31 derajat Celcius (mirip kota Bandung), udaranya sejuk diselingi dengan angin yg sepoi-sepoi. Di musim seperti inilah, kota Guilin ini menunjukkan wujud aslinya.

Temen-temen tau ga arti di balik nama "Guilin (桂林)"? Gui (桂) adalah nama Mandarin untuk Bunga Osmanthus fragrans dan Lin (林) artinya adalah Hutan. Jadi Guilin, kalo diterjemahkan ke dalam Bahasa Indonesia, artinya adalah "Hutan Osmanthus"

Buat temen-temen yg ga tau, bunga Osmanthus itu seperti apa sih?
Bisa lihat gambarnya di bawah ini :




Osmanthus fragrans atau sweet olive adalah suatu jenis bunga berukuran kecil dengan warna kuning kemerahan yg banyak digunakan sebagai bahan masakan maupun herbal medicine di dalam budaya masyarakat China. Bunga yg baunya sangat harum ini hanya mekar selama kurang lebih satu bulan di bulan Oktober, pada saat musim gugur. Seluruh penjuru kota Guilin dipenuhi oleh pohon Osmanthus ini, jadi temen-temen bisa bayangkan gimana rasanya berada di Guilin pada musim gugur? Pergi ke mana pun, jam berapa pun, akan tercium harumnya wangi bunga Osmanthus ini.

Jangan membayangkan bahwa wanginya menyengat kayak wangi Baygon atau minyak wangi ya. Nggak, nggak kayak gitu. Wangi bunga Osmanthus itu sangat lembut dan juga menenangkan, rasanya menyejukkan kayak aroma terapi di spa-spa gitu deh, bener bener bikin badan dan otak jadi rileks.







Gua merasa beruntung banget bisa kuliah S2 di sini. Selain pengajarannya bagus, kotanya indah, makanannya enak, terus setahun sekali bisa ngerasain aroma terapi gratis, hehehe.

Temen-temen, ada yg berminat maen ke sini? =)

One Step at a Time

$
0
0


Kuliah S2 di China ternyata...tidak semudah yg gua bayangkan.

Oke, gua akui, pada awalnya gua memang sedikit menganggap remeh. Ah, Mandarin, ga akan susah susah amat kali. Tapi ternyata gua salah.

Kuliahnya ga gitu padat, tapi banyak kegiatan dan kita harus sering mampir ke kelas-kelas "Pengajaran Bahasa Mandarin Bagi Orang Asing" untuk riset dan dengerin para laoshi yg lagi ngajar. Kadang dari pagi sampe sore sibuk terus, terkadang malem juga ada kelas kaligrafi atau praktek ngajar. Meskipun di tengah sering diselingi waktu istirahat 2-3 jam, tapi tetep aja rasanya cape banget.

Terus selaen banyak tugas, tiap hari gua juga harus baca buku-buku literatur tebal dalam Bahasa Mandarin mengenai sejarah, kebudayaan, dan juga teori pengajaran Bahasa Mandarin. Oke, sebenernya gua ngerasa kemampuan Mandarin gua ga jelek-jelek amat. Tiap kuliah, dosennya ngomong apa, gua selalu ngerti dan bisa nangkep. Baca buku juga 80% gua bisa baca tanpa masalah. Tapi tau ga masalahnya apa? Bahasa Mandarin lisan dan tertulis itu BEDA. Temen-temen pembaca yg pernah belajar Mandarin pasti ngerti apa maksud gua. Jadi meskipun gua ngerti arti setiap huruf yg ada di buku, tapi pada saat huruf-huruf tersebut dirangkai menjadi suatu kalimat dalam bahasa tertulis, mendadak gua jadi pusing sendiri. Jadi ini kalimat maksudnya apa? Intinya dia mau ngomong apa? Inilah penyebabnya kenapa gua bisa butuh waktu setengah jam hanya untuk baca satu halaman.

Seriusan, sepanjang 2 tahun gua sekolah di China, ini baru pertama kalinya gua cape karena belajar (biasanya cape karena traveling hahaha)

Ada yang bisa baca? Hahaha...

Di tengah kegalauan ini, hari ini gua kenalan dan ngobrol sama satu orang Thailand. Dia cowo, umurnya 30 ke atas, udah punya gelar Master dalam bidang linguistik (hasil kuliah di Brunei, kemudian Aussie) dan sekarang lagi kuliah Master untuk bidang international trading di Guilin, China. Si cowo Thailand ini galau dan dia cerita ke gua, kadang dia mempertanyakan apakah jalan hidup dia ini udah bener. Dia orangnya seneng banget belajar, makanya dia selalu rajin cari beasiswa kesana kemari (dan hebatnya, selalu aja ada yg ngasih).

Tapi di balik semua itu, kadang dia ngerasa bahwa dia sebenernya udah KETUAAN untuk kuliah. Cita-cita dia adalah untuk dapet phD dalam bidang linguistik dan ekonomi, dan jadi pakar di dua bidang tersebut, tapi ternyata itu ga semudah yg dia bayangkan karena dia ga fokus di salah satu. Dan dia ngerasa kesulitan juga kuliah Master di China karena meskipun udah belajar Mandarin beberapa tahun, dia tetep ga ngerti sama sekali dosennya ngomong apa. Hal ini bikin dia agak depresi dan dia ngerasa bahwa dia buang-buang waktu sama hidupnya selama ini. Sementara dia masih sibuk kuliah, nyari gelar, mengejar mimpi, temen-temen dia semua udah pada berkeluarga dan mapan. Jadi, apakah jalan hidup dia ini salah?

Sebenernya gua ngerti apa maksud dia. Kalo temen-temen udah lama ngikutin blog ini, temen-temen pasti pernah baca cerita soal kegalauan gua akan pilihan hidup gua ini. Tapi di Indonesia, gua juga kenal banyak orang yg memilih jalan hidup berbeda dengan gua dan mereka tetap galau.

Sebagian besar temen gua di Indo udah 4-5 tahun menghabiskan umurnya mengejar karir. Ada yg lancar, dan ada yg tidak. Pernah ada beberapa orang temen yg curhat sama gua soal hidup mereka ini. Mereka bilang, mereka udah ngabisin bertahun-tahun kerja di berbagai kantor dan perusahaan, tapi apa yg mereka dapat? Yah, uang 20-30 juta di bank, pengalaman kerja, sedikit koneksi, beberapa prestasi untuk ditulis di alam CV, dan that's all. Hidup mereka sekarang 100% berbeda dengan apa yg mereka impikan dan mereka juga kadang stress karena itu. Mau nyicil rumah, masih belum mampu. Mau cari pacar, ga ada waktu. Jadi sebenernya, bertahun-tahun yg kita habiskan di sekolah dan universitas itu untuk apa?




Jadi ya, pada akhirnya, gua rasa setiap pilihan hidup juga ada resikonya, ada positif dan negatifnya. Pilihan temen-temen gua memberikan mereka kesempatan untuk bisa mapan dan berkeluarga lebih cepat, walaupun bukan jaminan 100%. Pilihan gua memberikan gua kesempatan untuk lebih banyak melihat dunia luar dan belajar hal-hal baru, walaupun bukan jaminan nantinya bakal 100% kepake. Semua ada plus minusnya.

Kalo gua dikasih kesempatan untuk kembali ke masa lalu dan mengulang semuanya, gua akan tetap memilih jalan hidup yg sekarang. I would do it all over again. Hidup di negeri orang, jauh dari keluarga dan sahabat, hanya mengandalkan uang beasiswa yg pas-pasan, tapi setiap harinya gua belajar banyak hal baru dan bisa berkenalan dengan banyak orang.

Gua ga keberatan setiap hari harus muntah-muntah baca literatur Mandarin ratusan halaman.
Gua ga takut orang lain mapan lebih dulu daripada gua.
Gua juga rela kerja keras mati-matian untuk mengejar ketinggalan gua dalam hidup.

Tapi di sisi lain :

Gua mendapatkan banyak sahabat di berbagai negara. Ukraina, Peru, Moldovia, Jerman, Itali, Thailand, Vietnam, Nepal, Russia, dll.







Berpetualang ke tempat-tempat yg super seru, Jalur Sutra di padang pasir yg gersang maupun Kota Harbin yg dinginnya -35 derajat.




Bisa fasih berbahasa Inggris dan Mandarin, bisa bicara sedikit bahasa Jepang, Russia, Thailand, dan Spanish.


Belajar banyak hal baru. Jadi duta budaya Indonesia, ikut lomba pidato mewakili Indonesia dan juga jadi guru bimbingan belajar Mandarin.




Punya kisah cinta yg istimewa.




Dan sekarang, punya pacar yg sangat sayang sama gua, walaupun bahasa kita berbeda =)




(Dan masih banyak lagi. Liat aja di sini.)

Inilah jalan hidup yg gua pilih.

Oke, mungkin suatu hari gua bakal jatuh, gua bakal ragu, gua bakal terbentur aneka ragam kesulitan dan rintangan dalam hidup (dan ada kalanya juga mungkin bakal ngomel ngomel di blog hahaha) Tapi selama semua ini, gua lakukan dengan kesadaran penuh dan tanpa penyesalan, why not?

Setiap manusia punya jalan masing-masing di dalam hidupnya. Jalan inilah yg gua pilih dan gua percaya, meskipun hidup selalu penuh ketidakpastian, tapi tidak ada usaha yg tidak membuahkan hasil. Meskipun kita hari ini belum berhasil meraih impian kita, tapi bukan berarti semua usaha kita sampai saat ini tuh sia-sia dan tidak ada hasilnya. Tidak. Meskipun kita belum sampai ke puncaknya, tapi jarak yg tersisa antara kita dan impian kita hari ini pasti jauh lebih dekat daripada kemarin. Yg harus kita lakukan hanyalah...maju...selangkah, demi selangkah.

One step at a time. 一步一个脚印。




Sedikit Intermezzo Mengenai Tampilan Baru Emotional Flutter

$
0
0


Bagaimana pendapat teman-teman pembaca mengenai tampilan baru Emotional Flutter ini?

Ada orang yg bilang, nyari template blog yg cocok di hati itu susahnya sama dengan kayak nyari jodoh, dan menurut gua, kata-kata itu bener banget.

Beberapa bulan terakhir ini gua sibuk ngotak-ngatik tampilan Emotional Flutter, dan setelah belasan kali bereksperimen di "blog kelinci percobaan" punya gua (ga usah tanya alamatnya, ga akan dikasih tau wkwkwk), akhirnya dua hari yg lalu gua memutuskan untuk mengganti tampilan Emotional Flutter dari yg dominan warna orange kemarin, menjadi dominan warna putih.

Dan gua puas sama hasilnya. 
Rapi, minimalis, simpel, elegan, dan ga berat. 

Memang gua belum beres ngerjain bagian slider di halaman utama dan juga button di menu bar, tapi so far, gua ngerasa sreg banget sama tampilan baru ini.

(Tampilan-tampilan lama Emotional Flutter bisa dilihat di sini, untuk perbandingan)

Tapi setelah beberapa hari, kekurangan-kekurangan template ini pun mulai terlihat.

Pertama, foto ukuran besar akan otomatis di-press menjadi kecil, dan kadang membuat gambar yg ditampilkan menjadi kurang enak dilihat.

Yang kedua, thanks kepada Armae untuk saran dan masukannya. Di template baru ini, tanpa gua sadari, default ukuran font yg menjadi lebih kecil daripada sebelumnya dan mungkin membuat temen temen yg baca blog ini melalui smartphone atau monitor layar kecil menjadi agak kurang nyaman. 

Untuk postingan di bulan Oktober 2014 dan seterusnya, semua ukuran fontnya udah gua perbesar, tapi postingan-postingan di bulan-bulan bahkan tahun-tahun sebelumnya, belum sempet gua perbaiki, karena keterbatasan waktu (total ada 600+ postingan...gua bisa botak duluan sebelum beres memperbaiki semuanya hahaha)

Tapi ya, meskipun template ini banyak kekurangan, secara garis besar gua suka sama tampilan baru Emotional Flutter ini dan mungkin tampilannya akan terus begini untuk beberapa waktu ke depan. Gua juga akan berusaha untuk lebih sering meluangkan waktu untuk update secara rutin, di sela sela kesibukan gua kuliah S2.

Oya, temen-temen juga sekarang bisa bebas komentar di blog lho. Cukup tulis nama dan email, dan komentar yg temen-temen tulis akan langsung ditampilkan, meskipun tanpa ga punya account Blogger/Google. 
Gua harap, dengan fitur ini, temen-temen silent reader bisa lebih aktif berkomentar di blog ini. Setiap komentar yg masuk, ga peduli isinya panjang atau pendek, sangat besar artinya buat gua lho hehehe.

Kalo temen-temen punya saran, kritik, atau masukan dalam hal apapun, baik tampilan maupun konten, silakan sampaikan ke gua, ga usah malu-malu hehehe. Semua saran dan masukan akan gua terima dengan senang hati. 

Temen-temen bisa mengontak gua lewat 4 cara di bawah ini :
1. Tulis di kotak komentar di bawah ini
2. Tulis di Fanpage Emotional Flutter di Facebook
3. Tweet ke @claudeckenni

Untuk yg sifatnya lebih pribadi :
4. Kirim email ke keppi_kun@yahoo.com
5. Tanya lewat ask.fm

Buat yg ngeadd account Facebook gua, mohon maaf, karena Facebook gua hanya untuk keperluan pribadi, jadi orang-orang yg ga gua kenal secara pribadi, ga akan gua accept. Kalo temen-temen ga pengen ketinggalan update terbaru dari Emotional Flutter, bisa follow blog ini langsung atau like Fanpage Emotional Flutter di Facebook.

Akhir kata, mohon maaf atas segala ketidaknyamanannya, dan tongkrongin terus Emotional Flutter ya. 

Stay tuned for the next update!

Sebuah Renungan Tentang "Berbuat Baik"

$
0
0



Hari ini, gua dapet pelajaran hidup lain dari nonton "How I Met Your Mother" di episode yg judulnya "Garbage Island" (S06E17)

Semenjak ayahnya meninggal, Marshall Eriksen menemukan dirinya kehilangan arah dan tujuan hidup. Marshall, sedari kecil bercita-cita menjadi seorang environmental lawyer (seorang pakar hukum yg melawan pencemaran lingkungan), namun kerasnya hidupnya membuat ia berbelok arah dan bekerja sebagai pakar hukum di bank, meninggalkan impiannya demi kehidupan yg lebih baik. (Kerja di bank gajinya lebih gede daripada jadi aktivis lingkungan, ya iya lah)

Hingga suatu malam, tanpa sengaja ia menonton sebuah film dokumenter tentang "Garbage Island" aka "Pulau Sampah". Pulau sampah adalah sebuah fenomena nyata di mana sampah sampah dari lima Benua terbawa oleh arus dan terkumpul di suatu lokasi di tengah Samudra Pasifik (buat yg pengen tau alesannya kenapa bisa gitu, silakan googling sendiri, berkaitan dengan arus dll) dan membentuk "pulau-pulau". Ini dia fotonya :




Setelah menonton dokumenter itu, hati Marshall tergerak dan ia pun mulai berusaha melakukan perubahan di tempat kerja dan juga pergaulannya. Tapi ia tidak menyangka, bahwa ternyata usahanya malah memberikan kesulitan bagi orang lain. Misalnya, Marshall berhasil membujuk pemilik bar MacLaren's tempat ia dan teman-temannya biasa nongkrong, untuk membuang semua sampah botol dan plastik ke tempat daur ulang. Hal ini ternyata membawa kesulitan bagi Wendy, sang pelayan bar, di mana setiap malam setelah bar tutup ia harus seorang diri membawa karung-karung besar berisi sampah botol dan plastik ke tempat daur ulang yg jauhnya tiga blok dari sana.

Pada saat Marshall memberikan presentasi soal pentingnya mengurangi pencemaran lingkungan di bank tempat ia bekerja, bukan hanya proposalnya ditolak, tapi bos Marshall juga memecat beberapa karyawan yg mendukung proposal Marshall, salah satunya adalah kolega Marshall yg bernama Meeker. Marshall frustasi, bukan hanya ia tidak sempat membuat ayahnya bangga terhadap dirinya, tapi usahanya untuk menyelamatkan lingkungan hidup juga ternyata hanya membawa kesialan bagi dirinya dan juga orang lain.

Benarkah begitu? Cerita fast forward ke tahun 2021 di mana Ted, sahabat Marshall, yg kini teah menikah dan berkeluarga, sedang terjebak di bandara Hong Kong. Ted yg sedang frustasi karena pesawatnya delay, tidak sengaja bertemu dengan Wendy, sang pelayan bar, dan juga Meeker, mantan kolega Marshall yg kini sudah menikah dan mempunyai tiga orang anak.

Bagaimana mereka berdua bisa bertemu? Meeker marah karena Marshall membuatnya dipecat. Malam itu, ia pergi ke MacLaren's untuk membuat perhitungan dengan Marshall. Pada saat ia sampai, bar sudah tutup dan Meeker tidak sengaja bertemu dengan Wendy sang pelayan yg sedang kesulitan membawa karung-karung besar berisi sampah botol dan plastik. And the rest is history. Mereka jatuh cinta, dan menikah, dan semua itu tidak mungkin terjadi jika Meeker tidak dipecat, Wendy tidak disuruh membawa sampah ke tempat daur ulang, dan Marshall tidak pernah berusaha menyelamatkan lingkungan hidup. Ted tersenyum, dan menelpon Marshall untuk memberi tahu kabar baik itu.



Buat temen-temen yg ga ngikutin HIMYM mungkin agak kurang nangkep ceritanya, tapi sebenernya yg mau omongin tuh simpel :

Jadi orang baik itu susah, bener ga? Kadang demi berbuat baik, kita harus mau berkorban, dan seringkali kita menemukan bahwa pengorbanan kita itu ternyata ga dihargai sama orang lain. Misalnya di negara-negara maju seperti Eropa, Amerika, dan juga China, kalo kita dicopet, jangan harap orang-orang di sekitar kita mau bantu kita mengejar copetnya terus ngegebukin rame-rame copetnya seperti di Indonesia. 

Masalahnya, seiring dengan majunya perekonomian negara, kesenjangan sosial juga semakin tinggi. Pengangguran semakin banyak, tingkat kejahatan semakin tinggi, dan para penjahat juga semakin nekat. Gimana kalo kita bantu ngejar copetnya, terus ternyata si copetnya bawa pisau atau pistol, dan malah melukai kita? Kalian rela kehilangan nyawa demi orang yg tidak kalian kenal? Di Indonesia, mungkin masih ada segelintir orang yg menjawab "rela", tapi sebagian besar orang pasti menjawab "tidak"

Ga usah jauh-jauh ngomongin negara orang, di daerah tempat tinggal temen gua aja pernah ada kejadian kayak gini. Ceritanya gini, waktu bulan puasa ada ormas tidak dikenal yg mengatasnamakan agama untuk "minta THR" ke salah satu toko besar di sekitar rumah temen gua itu. (Padahal mereka ga kerja di toko itu, jadi apa haknya minta THR coba? Bener ga?) Karena permintaan mereka ditolak, suatu kali mereka pun dateng bawa pentungan dll mau coba ngerusak toko. Ada seorang satpam toko yg dengan beraninya melawan mereka. Di tengah perlawanan, untuk membela diri, ia pun merebut sebuah pentungan dari salah seorang anggota ormas itu dan mencederai beberapa orang dari mereka. Satpam cedera, ormas cedera. Tau ga tindakan tokonya apa?

Waktu polisi dateng, untuk menghindari masalah, toko itu malah bilang bahwa keributan itu terjadi karena "satpam bertengkar sama anggota ormas" dan kemudian si satpam itu pun dipecat. Ini cerita bukan gua yg ngalamin sendiri, hanya denger cerita dari temen gua, dan ceritanya kurang lebih kayak gini. Menurut temen-temen, yg kayak gini adil ga sih? Si satpam pasang badan untuk melindungi toko, tapi ujung-ujungnya malah dijadikan kambing hitam.

Cerita ini hanyalah satu contoh dari sekian banyak kasus ketidakadilan yg terjadi di sekitar kita setiap harinya. Seorang rakyat jelata mencuri ayam, dipenjaranya bertahun-tahun. Sementara seorang koruptor yg menggelapkan milyaran uang rakyat, dipenjaranya hanya dalam hitungan bulan. Yg lebih gila lagi, setelah bebas sang koruptor masih diijinkan menjabat sebagai petinggi di DPR/DPRD dan mempersulit ruang gerak para pejabat yg pro rakyat. Dan yg bikin gua ga abis pikir, ternyata tidak sedikit juga rakyat dan ormas yg masih mendukung penjahat sosial kayak gini. Memang ngaco bangsa kita ini. 

Jaman sekarang, menjadi satu orang baik di tengah-tengah masyarakat yg hanya mementingkan dirinya sendiri mungkin setara dengan bunuh diri. Tapi jangan biarkan kebusukan moral masyarakat ini membuat nurani kita menjadi tumpul. Oke, mungkin ga setiap orang bisa berani melawan sistem seperti seorang Ahok, mungkin ga semua orang berani mengejar copet, menolong anak yg terjebak di dalam rumah yg terbakar atau yg terbawa arus sungai, tapi pasti ada yg bisa kita lakukan demi kebaikan orang lain, ga peduli hal sekecil apapun.

Ada sebuah pepatah China yg berkata : 
"善有善报,恶有恶报。
  不是不报,时候未到"
(Kebaikan akan dibalas dengan kebaikan, 
kejahatan akan dibalas dengan kejahatan. 
Mungkin tidak langsung, tapi waktunya akan tiba)


Gua kenal seorang Ibu yg seumur hidupnya banyak membantu orang lain. Dan beberapa tahun yg lalu di saat ekonominya jatuh, selalu ada yg mau membantu tanpa diminta, baik secara moral maupun materi. Pada saat sang Ibu ditipu sama bank dan rumahnya mau disita, ada seorang pengacara yg baik yg mau membantunya di pengadilan, dan akhirnya rumahnya pun terselamatkan.

Melestarikan lingkungan hidup mungkin adalah salah satu contoh simpelnya. Karena kalo kita tidak hati-hati, suatu hari nanti mungkin bukan anak cucu kita, tapi kita sendiri yg akan menanggung akibatnya.

Di saat kita berbuat baik, janganlah mengharapkan balasan. Balasannya akan tiba, mungkin tidak sekarang, mungkin suatu hari nanti, di dalam bentuk yg berbeda, di saat kita sangat membutuhkannya. Jangan sombong dan tidak peduli pada orang lain di saat hidup kita sedang maju, karena hidup manusia itu seperti sebuah roda, kadang kita berada di atas, kadang kita berada di bawah. Semua orang akan ada saatnya gagal dan akan ada saatnya berhasil. Jika kita banyak berbuat baik terhadap sesama, di saat kita jatuh nanti, akan ada orang yg mau membantu kita.

Oya, berbuat baik itu juga bukan berarti harus selalu harus dinilai dalam bentuk uang, tidak begitu. Perbuatan baik sekecil apapun, suatu hari akan membawa pengaruh yg baik pula bagi hidup kita selama kita melakukannya dengan tulus dan tanpa pamrih. 


No good deeds goes unpunished. Tidak ada budi baik yg tidak dihargai.

Apa yg kita tanam, itulah yg kita tuai.


Kiat-Kiat Memilih Jurusan Kuliah ALA Emotional Flutter

$
0
0
Sumber gambar : nyunyu.com

Gua liat kayaknya jaman sekarang di kalangan anak muda ada 3 masalah utama yang paling hangat dibicarakan

1) All about Jomblo
Termasuk gagal move on, kena friendzone, PHP, dan lain sebagainya. Oya, patah hati ga termasuk ya karena patah hati itu kesannya so 90's gitu deh

2) "Perkebunan"
Kenapa wortelku begini? Kenapa timunmu begitu? Aku boleh liat pepaya punya kamu ga? Kalo singkong aku dimasukin ke keranjang punya kamu, keranjangnya bakal tambah besar ga? Di mana aku bisa cari gambar cabe-cabean 17 tahun yg hot? Dan lain sebagainya. You know what I mean.

3) Milih jurusan kuliah

Yg no 1 udah sering gua bahas di blog ini. Yg no 2 juga pernah gua bahas beberapa kali, tapi ga berani sering sering ngebahas karena gua ga mau blog Emotional Flutter ini suatu hari halamannya berubah jadi putih dan bertuliskan "Internet Positif" Nah, yang no 3 ini udah pernah gua singgung beberapa kali dalam postingan-postingan terdahulu, tapi belum pernah gua bahas secara khusus.

So, oke deh, di postingan kali ini, gua akan berbagi kiat-kiat memilih jurusan kuliah berdasarkan pengalaman gua pribadi. Are you readdyyyyyy???

TAK-DUNG-CES *minjem drum tetangga*

Milih jurusan kuliah itu gampang-gampang susah, kalo menurut gua. Gampang kalo kamu mengenal diri kamu sendiri dan punya visi misi yg jelas akan masa depan kamu. Tapi masalahnya, remaja mana sih udah sudah mengenal dirinya sendiri dan punya visi misi yg jelas akan masa depannya? Hanya segelintir orang yg cita-cita masa kecilnya tidak berubah setelah ia tumbuh dewasa, apalagi setelah mendengar bahwa kuliah kedokteran itu biayanya mahal banget dan bahwa cewe-cewe jurusan sastra n ekonomi *uhuk* itu cantik-cantik *uhuk*

Ada yg bilang, memilih jurusan itu adalah urusan hidup dan mati, sama halnya seperti urusan memilih pasangan hidup, benarkah? Benar sekali, karena jurusan yg kamu pilih ini adalah bidang yg akan kamu tekuni MINIMAL 4-5 tahun ke depan dan MUNGKIN akan jadi faktor utama yg menentukan ke mana hidup ini akan kamu bawa. Jadi ya, sebisa mungkin, berusahalah memilih jurusan yg kamu sukai, karena jurusan ini adalah pasangan hidup kamu minimal selama 4 tahun kamu kuliah di S1.

So, sebagai seorang yg sudah kenyang makan garam di dunia persilatan dan perkuliahan, berikut ini adalah beberapa tips yg bisa gua berikan buat temen-temen semua yg lagi, pernah, atau akan galau mengenai masalah milih jurusan kuliah ini :

PERTAMA dan yg paling utama, pahamilah bahwa jurusan yg lu pilih TIDAK menentukan profesi lu. Oke, pernyataan pertama ini mungkin agak kontroversial kedengerannya, tapi ini gua bukan asal ngomong. Ilmu yg lu pelajari di kuliah BELUM TENTU nantinya bakal kepake di dunia kerja. Seriusan. Gua kenal orang yg kuliahnya jurusan arsitek, terus kemudian setelah lulus akhirnya jadi karyawan bank. Ada juga yg kuliahnya jurusan penerbangan, terus setelah lulus hanya jadi cuma jaga toko, nerusin bisnis toko bahan bangunan punya orang tua. Ada yg kuliahnya informatika, terus akhirnya jadi jurnalis. Ada juga yg kuliahnya teknik sipil, ujung-ujungnya jadi guru yoga. Yg paling gila, gua kenal yg awalnya kuliah jurusan matematika, ujung ujungnya jadi pramugari.

Jadi apa kesimpulannya? Pada saat, menentukan jurusan kuliah, lu jangan mikirin NANTINYA MAU JADI APA tapi LU PENGEN BELAJAR ILMU APA. Karena ilmu yg lu pelajari itu belum tentu nantinya bakal jadi mata pencaharian lu, belum tentu, tapi pola pikir, profesionalitas, idealisme, pengetahuan, ilmu hidup, dan koneksi yg lu dapetin selama kuliah, itulah yg akan jadi modal lu seumur hidup. Jadi, jangan milih jurusan dengan pertimbangan nantinya bakal cepet BALIK MODAL atau ngga, tapi pilihlah jurusan di mana kamu bisa MENGEMBANGKAN DIRI.

Terserah kamu mau belajar apa, di jurusan mana, jika kamu punya ketertarikan di bidang tersebut dan jika ilmu yg kamu pelajari itu bisa membuat kamu menjadi seseorang yg lebih baik. Camkan itu.

Ada yg bilang bahwa ada ilmu-ilmu "tertentu" yg bisa dipelajari secara otodidak dan tidak perlu kuliah, misalnya bahas atau desain. Menurut gua, semua itu BULLSHIT. Kenapa? Karena yg namanya sebuah profesi itu tidak hanya terdiri dari ilmu, tetapi juga disiplin ilmu. Mau jadi seorang desainer misalnya, kamu dituntut tidak hanya mampu membuat desain, tapi kamu juga harus mempunyai banyak pengetahuan tentang desain dan yg tidak kalah penting, kamu juga harus mempunyai attitude dan profesionalitas sebagai seorang designer. Ga boleh menjiplak karya orang misalnya, terus kalau bikin desain ga boleh sembarangan ambil gambar dari Internet karena bisa kena masalah royalti, dan lain sebagainya.

Darimana belajar mengenai hal ini? Dari kuliah. Karena kuliah yg baik itu tidak hanya mengajari kamu pengetahuan dan skill, tapi juga mendidik kamu secara moralitas. Di samping itu, di saat kamu kuliah, kamu akan kenal dengan banyak rekan sejawat dan juga mendapatkan banyak koneksi di bidang yg kamu tekuni itu.

Yup, salah satu yg paling penting dari kuliah itu adalah LINGKUNGAN dan juga KONEKSI. Lingkungan akan membentuk pola pikir kamu dan koneksi akan memdalam pemahaman kamu dan memperluas wawasan kamu. Penasaran gimana caranya orang bisa dapet banyak orderan job, internship, ataupun beasiswa? Dari koneksi. Darimana dapet koneksi? Dari lingkungan pergaulan dengan rekan-rekan sejawat. Kedua hal inilah yg tidak akan kamu dapatkan kalau kamu hanya les atau kursus.


KEDUA
Kalo boleh minta saran orang tua, saudara, atau teman, tapi pada akhirnya, KAMU lah yg harus MENENTUKAN PILIHANMU. Kenapa? Kalo kamu sendiri yg memilih suatu jurusan, terus ternyata kamu ga suka, paling-paling ujungnya kamu hanya akan menyalahkan diri kamu sendiri. Tapi kalo kamu kuliah di suatu jurusan atas dasar suruhan orang tua, padahal kamu sama sekali tidak suka atau tertarik dengan jurusan tersebut, dan kemudian hal itu membuat nilai kamu jeblok...pada akhirnya kamu akan menyalahkan kedua orang tua kamu atas kegagalan kamu tersebut. Dan tidak ada hal yg lebih menyedihkan di dalam hidup daripada jika seseorang dendam kepada orang tua sendiri atas kegagalan di dalam hidupnya.

So, apapun yg terjadi, pastikan jurusan yg kamu pilih adalah pilihan kamu buat sendiri. Ini hidup kamu, masa depan kamu, dan kamu lah yg harus menentukan ke mana hidup ini akan kamu bawa. Bukan orang tua, bukan orang lain. Bagaimana kalo misalnya kamu suka dengan suatu jurusan, tapi orang tua kamu ga setuju kamu memilih jurusan tersebut? Hanya ada dua jalan keluar dalam kasus ini, yaitu :
1) Berusaha meyakinkan orang tua kamu. Kalo perlu, ajak mereka nonton acara TV yg berkaitan dengan jurusan kamu, atau bahwa minta tolong seorang pakar di bidang yg kamu minati itu untuk bicara kepada orang tua kamu.
2) Cari beasiswa. Kamu ga bisa ngelawan orang tua kalo mereka yg harus bayar uang kuliah kamu. Tapi akan beda halnya kalo kamu bisa dapetin beasiswa di jurusan yg kamu inginkan, dengan usaha kamu sendiri.


KETIGA
Ketahuilah bahwa :
1) Tidak ada jurusan yg "tidak bonafit" karena tidak peduli ilmu atau keterampilan apapun yg kita pelajari, ilmu atau keterampilan itu baru bisa jadi sesuatu yg menghasilkan apabila kita menekuninya dengan serius.
2) Tidak ada jurusan yg "bisa bikin kamu cepet kaya lebih cepat daripada orang lain" karena kesuksesan itu adalah hasil dari kerja keras dan juga keberuntungan. Percaya deh, tidak semua orang yg kerja keras bisa kaya dalam waktu singkat. Don't work hard, work smart.
3) Yg paling penting. Tidak ada jurusan yg MUDAH. Kuliah di jurusan apapun, semuanya butuh niat, tekad, usaha, dan kerja keras.

Jadi intinya jangan percaya kata orang kalo kamu kuliah jurusan A itu bisa cepat kaya, sementara kuliah jurusan B itu jaminan hidup miskin di masa depan. Belum tentu. Meskipun kamu kuliah di jurusan yg katanya "bonafit", "cepet kaya", dll, tapi kemudian kamu males, belajarnya ga serius, dijamin ujung-ujungnya ilmu yg kamu pelajarin itu ga kepake dan ujung-ujungnya kamu cuma jadi tukang becak atau agen MLM. Tidak ada jalan pintas untuk jadi kaya, semua juga harus kerja keras.

Jaman gua kuliah dulu juga beredar sebuah stereotype bahwa jurusan desain dan sastra itu tergolong jurusan yg "MUDAH" dan kuliahnya "SANTAI". Ngaco!
Gua dulu kuliah di DKV dan di semester pertama aja gua minimal seminggu sekali begadang ga tidur semaleman! Siapa yg bilang gampang? Siapa yg bilang santai? Cobain aja sendiri kalo ga percaya.
Ga ada jurusan yg gampang dan kuliahnya santai. Semua jurusan punya kesulitan dan kendalanya masing-masing. Mau kuliah yg mudah dan santai? Beli ijazah aja, ga usah kuliah.

Ingat jaman udah maju,  profesi-profesi seperti desainer, fotografer, penari, dll yg dulu dipandang sebelah mata, sekarang jadi profesi yg tidak bisa dianggap remeh. So, walaupun orang tua kamu ga setuju di saat mendengar kamu mau kuliah di bidang-bidang tersebut, (karena di jaman mereka muda dulu teknologi belum semaju sekarang) kamu harus terus berusaha meyakinkan mereka karena nantinya kamulah yg akan menggunakan ilmu tersebut di dalam hidup kamu, bukan mereka.

KEEMPAT
Kenalilah minat dan bakat kamu.

Apa sih yg kamu suka? 
Sehari-hari biasanya kamu melakukan apa di waktu luang? Apa sih hobi yg kamu tekuni? Kalo ngobrol dengan orang, biasanya kamu suka ngobrolin tentang apa? Kegiatan apa yg biasanya bisa berjam-jam kamu lakukan tanpa merasa bosan?

Apakah impian kamu?
Waktu kecil, cita-cita kamu apa? Bagaimana dengan sekarang, apakah cita-cita tersebut masih sama ataukah sudah berubah? Apakah kamu punya target atau tujuan di dalam hidup yg ingin kamu raih?

Ga usah pikirin nantinya kamu mau kerja jadi apa, tapi kamu boleh bayangkan kira-kira nantinya kamu kerja yg kayak gimana? Seharian di labotarium melakukan analisis, atau bertemu dengan aneka ragam orang di lapangan? Jadi karyawan di perusahaan besar yg kerjanya nine to five setiap hari, atau jadi bos atas diri kamu sendiri dan punya jam kerja yg fleksibel. Kerja di depan microskop, komputer, , atau lensa kamera? Kerja di tambang minyak tanah di laut lepas, atau melenggak-lenggok di atas panggung? Hal-hal tersebut mungkin bisa jadi pertimbangan kamu di saat memilih jurusan, meskipun tidak 100% pasti kamu akan menjalani kehidupan persis seperti yg kamu bayangkan.

Kamu boleh ikut tes bakat / psikotes untuk mengenal bakat dan minat kamu, tapi jangan 100% dijadikan patokan karena pada akhirnya, yg mengenal baik bakat dan minat kamu hanyalah diri kamu sendiri. Hasil tes bakat gua dulu menyarankan gua untuk jadi antara psikolog atau diplomat, tapi pada akhirnya gua kuliah S1 di DKVdan S2 di Bahasa Mandarin, dan gua bahagia akan semua itu. Oke, gua mungkin memang punya bakat jadi psikolog karena gua bisa membaca sifat orang, tapi bakat itu kan bisa diterapkan dalam bidang lain? Tulis menulis dan advertising, misalnya =)

Ga usah takut apabila kamu merasa diri kamu belum punya cukup pengetahuan dan kemampuan yg berkaitan dengan bidang yg akan kamu pelajari tersebut. Kamu KULIAH itu untuk BELAJAR. Ga harus jago gambar dan super kreatif untuk bisa masuk jurusan desain misalnya (baca tulisan gua yg satu ini untuk info lebih jauh), karena kemampuan menggambar dan kreativitas itu akan kamu pelajari pelan-pelan sambil kamu kuliah. Begitu pula dengan jurusan-jurusan lain.

Oke, kalo kamu memang punya hobi yg berkaitan dengan jurusan kuliah kamu, perjalanan kamu di jurusan tersebut memang akan lebih mulus karena kamu bagaikan sudah curi start terlebih dahulu dibandingkan orang lain. Tapi camkan ini, yg pada akhirnya yg menentukan kamu akan sukses atau ngga bukanlah BAKAT, tapi USAHA dan KERJA KERAS

LAST BUT NOT LEAST
Apapun jurusan yg kamu pilih pada akhirnya, cintailah jurusan itu dengan segenap jiwa dan raga kamu. Jangan menyesal atau membanding-bandingkan jurusan kamu dengan jurusan lain. Kerahkanlah seluruh usaha dan waktu kamu untuk menekuni bidang tersebut. Boleh aktif di organisasi atau usaha sambilan, tapi studi harus tetap jadi prioritas utama. Dan jangan lupa, jikalau kamu berhasil meraih kesuksesan, tetaplah rendah hati dan ringan tangan terhadap sesama karena orang yg berhasil bukanlah seseorang yg angkuh dan mudah puas, melainkan seseorang yg rendah hati dan mau terus berusaha memperbaiki dirinya menjadi lebih baik, lagi dan lagi.

Don't aim for success if you want it; just do what you love and believe in, and it will come naturally. 
~David Frost

My 2015 Resolution

$
0
0


Selamat Tahun Baru 2015 temen-temen pembaca semuaaaa... Aduh sori nih, akhir akhir ini jadi makin jarang update.

Semenjak tahun 2011, berarti udah 5 tahun berturut-turut gua nulis resolusi di awal tahun. Meskipun cuma sebagian yg bisa benar-benar terwujud, tapi gua menyadari bahwa semenjak gua nulis resolusi tahunan dan juga Bucket List, hidup gua berubah jadi lebih penuh makna daripada sebelumnya. Memang bener kata orang, kalo kita mau sukses, kita harus berani pasang target, dan secara bertahap mengarahkan hidup kita untuk memenuhi target-target tersebut.

Namun seiring bertambahnya umur, gua juga menyadari bahwa hidup itu ternyata memang tidak semudah cuap-cuapnya Om Mario Teguh. (Damn, I'm old) Mencapai suatu impian dan target itu tidak semudah membalik telapak tangan. Karena itulah gua pun menyadari bahwa di tahun-tahun terakhir, target hidup gua makin lama makin simpel dan realistis. Tapi ya itulah hidup. Yg namanya perubahan selalu harus dimulai dari sesuatu yg kecil, simpel, dan realistis. Selangkah demi selangkah, menuju masa depan yg lebih baik.


1. Be Positive

Buat para pembaca setia Emotional Flutter, kalian pasti menyadari bahwa poin yg satu ini udah 2 tahun berturut-turutselalu ada di dalam resolusi tahun baru gua. Mengapa? Karena seiring kita bertumbuh dewasa, tantangan hidup pun makin lama semakin berat.

Setelah 2 tahun belajar bahasa, September 2014 kemarin gua pun memulai kehidupan gua sebagai mahasiswa S2 di China. Bisa kuliah S2 di luar negeri adalah salah satu impian terbesar gua dari kecil, tapi gua tidak pernah menyangka bahwa kuliahnya bakal SESUSAH ini! Yg namanya kuliah S2 tuh kita bakal lebih banyak dicekokin teori daripada waktu S1. Temen-temen kalo pas kuliah ngedengerin dosen ngejelasin teori super ribet, bawaannya pasti pengen tidur, bener ga? Nah kebayang ga kalo dosennya ngejelasin teori-teori ribet tersebut menggunakan bahasa asing?

Terus, semester ini gua ada sekitar 12 mata kuliah, dan semuanya mengharuskan gua baca berbagai buku teori tebal dalam Bahasa Mandarin yg bikin bola mata gua seolah-olah mau rontok dari kelopaknya. Belum lagi, ada sekitar 7 mata kuliah yg UASnya bukan berupa ujian tertulis, melainkan bikin makalah ilmiah (kontennya setara dengan skripsi S1). Yep, dulu temen-temen semua waktu mau lulus S1, butuh waktu berapa lama untuk nulis satu skripsi? Dua bulan? Tiga bulan? Nah ini harus bikin 7 buah karya tulis setara skripsi S1, ditulis menggunakan Bahasa Mandarin, dalam waktu dua bulan. Mabok ga?

Begitulah sedikit kisah gua kuliah S2 di China. Oh tentu di luar hal-hal di atas, masih banyak hal-hal menyenangkan lainnya yg gua alami selama kuliah. Sebagai mahasiswa asing di sini, kehidupan kita selalu penuh dengan warna. Bergaul dengan orang-orang dari manca negara, aneka ragam kegiatan pertukaran budaya, dan lain sebagainya. Apa lagi, sebentar lagi semester pertama akan berakhir. Setelah puas muntah darah ngeberesin nulis makalah, gua akan mengisi liburan musim dingin gua dengan traveling ke aneka tempat di China. Liburan kali ini, gua juga ga akan pulang ke Indonesia karena gua akan merayakan Imlek di kampung halaman kakek buyut gua di China. Bagaimana sih cara orang-orang China di desa merayakan Imlek? Tongkrongin terus aja blog ini, hehehe.

So yeah, ga peduli seberapa beratnya kehidupan gua di sini, gua ga akan menyerah. Fokus ke hal yg positif, bersabar menghadapi segala kesulitan, dan jalani segalanya dengan penuh senyuman =)

性格改变命运!Your attitude determines your destiny!



2. Travel MORE!
Selama 2 tahun di China, gua udah menjelajah ke mana-mana. Padang salju di utara, gurun pasir di barat, sungai dan lembah di selatan, kota-kota metropolitan di pesisir timur, semua udah pernah gua cicipi. Tapi, di China masih BANYAK tempat tempat super keren yg belum gua kunjungi. Ditambah lagi, semester terakhir ini gua bener-bener fokus di studi, sama sekali ga pergi ke mana-mana. Jadi, gua bertekad di tahun 2015 ini gua akan semakin rajin nabung dan semakin banyak traveling. Selain merayakan Imlek di kampung halaman leluhur di Fujian, musim semi nanti gua juga mau pergi ke Zhangjiajie atau ke Yunnan, terus musim gugur mau ke Jiuzhaigou. Semoga keuangan gua lancar tahun ini sehingga gua bisa mewujudkan impian gua untuk pergi ke tempat-tempat super keren tersebut!

Travel di China tuh MURAH banget. Kereta antar kota kalo jaraknya ga terlalu jauh paling cuma 200-300rb, hotelnya banyak yg harganya berkisar 50-100rb per malam. Selama kita ga takut susah, ga cari kemewahan, meskipun dengan uang yg pas-pasan, kita masih bisa traveling ke tempat tempat super keren. Dari Indonesia ke China yg paling ngabisin uang tuh ya tiket pesawat. Nah, sekarang mumpung gua lagi kuliah di China, harus manfaatin kesempatan gua untuk travel semaksimal mungkin. Why not? 何乐而不为呢?

Avatar Mountain, Zhangjiajie, Hunan, China

The Lost Paradise, Shangri-la, Yunnan, China

Heaven on Earth, Jiuzhaigou, Sichuan, China



3. Punya Tabungan 10 juta
Gua kuliah di China 100% hidup dari beasiswa. Tapi gua juga sadar bahwa gua harus tetep cari income tambahan untuk modal usaha dan pengeluaran tidak terduga. Selain kuliah, gua juga banyak cari kerjaan part-time di Internet. Kebanyakan sih berhubungan dengan desain, advertising, nulis artikel, dan juga translation. Incomenya ga gitu besar, tapi stabil per bulannya 100-200 USD. Tapi untuk kerjaan simpel yg hanya membutuhkan waktu beberapa jam setiap minggunya, angka tersebut termasuk besar lho. Tabungannya juga sengaja gua pisahin accountnya dari rekening beasiswa gua supaya gua ga hambur.

Tapi sayangnya, tabungan gua itu ga pernah tembus angka 10 juta karena selalu aja ada pengeluaran tidak terduga. Tiket pesawat pulang pergi ke Indonesia misalnya, harus beli HP baru karena HP yg lama rusak, dan lain sebagainya. Target gua, di akhir tahun 2015 nanti, tabungan gua itu harus tembus angka 10 juta. Entah artinya gua harus menambah pemasukan, atau mengurangi pengeluaran. Apapun caranya.



4. Read 12 Books
Ini hanya sebagian kecil dari buku buku yg gua beli tahun lalu

Dengan kesibukan kuliah S2 gua, gua GA BISA JANJI untuk bakal lebih rajin nulis blog di tahun 2015, apalagi bisa rutin blogwalking. Bisa nulis satu bulan sekali aja udah ajaib. Tapi gua bisa jamin bahwa kualitas tulisan gua makin lama akan terus semakin menarik. Untuk itu, gua harus baca lebih banyak buku. Kuliah di China, setiap harinya gua ngabisin waktu 2-3 jam baca buku-buku Mandarin.. Tapi itu semua demi kepentingan kuliah. Gua pengen baca lebih banyak buku di luar materi kuliah gua.

Beberapa tahun terakhir ini, gua punya sebuah penyakit akut : Setiap kali ke toko buku, gua PASTI pengen beli buku. (Makanya, kalo gua lagi bokek, gua pasti NOLAK diajak ke toko buku wkwkwk.) Kadang-kadang sekali pergi ke toko buku bisa sampe beli 5-6 buku baru. Apalagi di China sini harga buku tuh MURAH BANGET karena disubsidi sama pemerintahnya. Jadi dalam setahun terakhir, mungkin gua udah beli 15-20 buku. Tapi pada akhirnya, buku yg berhasil gua baca sampai habis hanya sekitar 2-4 buku saja. Sisanya hanya jadi pajangan saja. Wew.

Gua bertekad di tahun 2015 ini gua akan baca lebih banyak buku. Gua sibuk banget jadi target gua juga ga muluk-muluk. Sebulan satu buah buku aja, cukup. Satu tahun, 12 buku. Syukur-syukur bisa lebih ya. Temen-temen pembaca, bantu kasih gua semangat ya!



5. Lose Weight
Oke, dari semua resolusi yg gua tulis tahun ini, mungkin resolusi yg satu ini adalah YG PALING SUSAH! Waktu kuliah dulu, berat gua stabil di 85kg. Terus abis lulus kuliah, pergi ke Shijiazhuang, ngalamin winter untuk pertama kalinya, berat gua naek 15kg dalam setahun donk! Gile! Dan setelah itu, selama 2 tahun terakhir, berat gua naek turun seperti kurs mata uang rupiah. Musim panas 2013 turun sampe 92kg, udah itu perlahan-lahan naik dan pas musim dingin kembali lagi ke semula. Musim panas 2014 turun lagi sampai 95 kg, udah itu sekarang pas musim dingin, naek lagi sampai ke angka semula. ARRRGH!

Segala macem cara udah gua coba, OCD, Diet Golongan Darah, dll tapi ujung ujungnya ga bisa konsisten karena keterbatasan waktu dan juga bahan makanan yg tersedia. Makan udah dikurangi, ngemil udah jarang, tapi jujur, gua kurang olahraga. Setiap hari gua bisa jalan 4-5km karena di sini mau ke mana-mana harus jalan kaki (ga kayak di Indonesia mau beli panadol ke warung deket rumah aja naek motor wkwkwk), tapi mungkin karena gua udah terbiasa jalan kaki dan cuaca yg dingin, jalan kaki ga bisa bikin gua keringetan. Tapi di sisi lain, kuliah sibuk banget, tidur aja kurang, boro-boro mau banyak olahraga, apalagi kalo musim dingin. Grrrrr. Temen-temen sekelas gua pada daftar fitness bayar 3 bulan di muka, tapi pada akhirnya, ga sampe 1 bulan, terus ga pernah didatengin lagi tempat fitnessnya karena sibuk kuliah.

Ga usah muluk-muluk mau sampai 70-80 deh, gimana pun caranya, gua bertekad di akhir tahun 2015 nanti, berat gua stabil di 90kg!!! SEMANGAAATTTT...


Oke, segini dulu ya postingan dari gua kali ini. Doain aja semoga makalah ilmiah gua cepet beres, jadi bisa segera nulis postingan baru lagi. Ide banyak, waktunya yg ga ada hehehe. Btw gua pengen tau nih, resolusi tahun 2015 kalian apa sih? Tulis donk di kotak komentar di bawah ini. Sampai jumpa di postingan berikutnya yaaa =)



Tulisan ini diikutsertakan dalam event "Best Article" by Blogger Energy

Selangkah Demi Selangkah Menuju Impian

$
0
0


Di social media, ga peduli FB, Twitter, blog, email, Ask.fm, maupun Instagram, pertanyaan yg paling banyak gua dapet adalah...

"Bagaimana cara dapetin beasiswa ke China?"

Penjelasan teknisnya udah pernah gua jelasin di postingan gua tentang Cara Mendapatkan Beasiswa ke Luar Negeri, jadi sebenernya buat kalian yg pengen tau apa aja persyaratan teknisnya, tinggal baca aja di sana.

Tapi biasanya, setelah gua kasih link di atas ke orang-orang yg bertanya sama gua, mereka kembali bertanya macem-macem sama gua... 

Tanya : Gimana caranya biar bisa lulus ujian HSK?
Gua : Ya harus les Mandarin, terus rajin ngerjain soal-soal HSK

Tanya : Bahasa Mandarin tuh susah, gimana cara belajarnya?
Gua : Lu harus punya motivasi, harus punya niat dan tujuan yg ingin lu capai

Tanya : Waktu itu motivasi lu apa?
Gua : C-I-N-T-A

Buat pembaca setia blog ini pasti udah bosen tuh dengerin kisah cinta antar negara gua dan Fen, jadi ya gua ga akan ceritain lagi di postingan kali ini. Buat yg pengen baca, silahkan cari aja postingan-postingan terdahulu yg tagnya "Zhen Zhu Nai Cha"

Tapi sebenernya, gua bisa dapet beasiswa ke China, bukan 100% hanya karena cinta. Nggak. Nggak sesimpel itu.

Hal itulah yg mau gua ceritain di postingan kali ini. Kisah di balik layar perjuangan gua meraih beasiswa ke China. Apa sih yg terjadi pada gua saat itu hingga gua bisa tekad dan juga nekad mau kuliah S2 ke China?

Selamat membaca...

Gua tuh kuliah S1 jurusan Desain Komunikasi Visual. Awal tahun 2011 gua cuti kuliah demi magang di Jakarta. Seberes magang di Jakarta, gua pergi ke China sebulan setengah, ketemu sama Fen, dan begitu pulang ke Indo, gua langsung sibuk nulis skripsi plus ngerjain TA. Gimana caranya di tengah kesibukan skripsi dan TA itu gua masih bisa nyempetin diri kursus Mandarin? Apakah gua segila itu, demi seorang cewe yg hanya gua kenal beberapa hari di China, lantas gua nekad mempertaruhkan seluruh masa depan gua? Tentu saja tidak.

Seberes magang di Jakarta, gua sempet jadi desainer freelance di sebuah perusahaan desain di Bandung (yg bahkan namanya ga pernah dan ga akan pernah gua cantumin di CV gua). Gua ga perlu datang ke kantor tiap hari karena kerjaan desainnya bisa gua kerjain di mana pun, dan hasilnya pun hanya tinggal dikirim pake email. Kalo butuh revisi dll, bosnya tinggal kirim email ke gua. Kalo butuh diskusi, tinggal Skype. Praktis. Dan meskipun freelance, tapi desain yg gua kerjain tuh dari klien-klien besar dan perusahaan-perusahaan yg punya nama di Indonesia. Waktu itu, hidup gua bagaikan udah punya pegangan, gua ngerasa kayaknya gua udah yakin 100% kalo selulus kuliah gua akan jadi desainer dan kerja di perusahaan advertising.

Tapi segalanya berubah waktu gua disuruh ngedesain iklan buat rokok. Just FYI, di keluarga dan lingkungan gua banyak perokok berat. Jadi dari kecil, gua udah jadi perokok pasif. Gua ga anti sama perokok, tapi gua sebenernya ga seneng ngeliat orang-orang di sekitar gua merokok. Buat gua, rokok itu adalah racun, dan tentunya gua juga ga boleh tinggal diem liat anggota keluarga gua menghisap racun setiap hari. Ada masanya di mana gua berusaha bikin keluarga gua berenti ngerokok, tapi pada akhirnya gua sadar bahwa gua tidak mampu membuat mereka berenti ngerokok. Gua cuma bisa janji sama diri sendiri :
1) Gua ga akan ngerokok
2) Gua ga akan bikin orang laen ngerokok

Dan waktu gua disuruh ngedesain iklan buat rokok, hal itu bentrok sama hati nurani gua. Buat temen-temen yg ga tau, pada saat itu perusahaan rokok sudah dilarang menampilkan image orang merokok pada iklan-iklan yg mereka buat, jadi para perusahaan rokok itu pake cara laen untuk mengiklankan rokoknya...dan semua itu adalah tanggung jawabnya perusahaan advertising dan juga para desainer.

Gua ga akan nyebut merk, tapi waktu itu klien gua sang perusahaan rokok itu minta perusahaan gua untuk menampilkan bahwa merokok itu adalah sebuah gaya hidup yg ideal, seolah-olah bahwa kalo lu merokok tuh lu bisa jadi berani, maskulin, dan juga sukses. Dan target mereka...well...adalah anak muda umur belasan sampai dua puluh sekian. Umur-umur yg lagi rentan dan juga labilnya mencari jati diri. Harus gua akui, taktiknya bagus banget, apalagi mereka juga siap merogoh kocek yg jumlahnya ga sedikit untuk bisa bikin iklan yg WAH. Buat gua dan juga tim desainer perusahaan gua saat itu, mungkin ini adalah salah satu proyek paling besar dan bergengsi yg pernah kita kerjain.

Dan waktu itu, gua minta ke boss gua untuk mundur dari tim, mundur dari proyek ini. Bos gua ngambek, terus gua dimarahin dan dikritik abis-abisan. Pada saat itulah gua sadar, bahwa ternyata idealisme yg gua pelajari di saat kuliah, ga bisa diterapin di dunia kerja. Di tempat kuliah gua dulu, kita sering disuruh pake kemampuan desain kita untuk bikin media kampanye yg tujuannya untuk kebaikan : perbaikan gizi lah, pelestarian lingkungan hidup, dll. Tapi begitu masuk ke dunia kerja, tiba-tiba gua disuruh ngejual racun dan ngeracunin orang.

Ini salah satu contoh cara perusahaan rokok mengiklankan produk mereka ke anak-anak muda, kalian sadar ga sih?


I quit. 

Dan pada saat itu, dunia gua mendadak berubah. Gua hilang pegangan. Gua ngabisin bertaun-taun belajar desain, tapi pada akhirnya gua sadar bahwa gua ga pengen kerja jadi desainer. Gua pengen pake kemampuan DKV gua untuk hal yg lebih mulia, untuk memberikan kebaikan buat orang laen. Gimana caranya?

Di saat itu pula, kesialan bertubi-tubi datang menghantam di hidup gua. Gua lost contact sama Fen karena dia ngerasa bahwa hubungan gua ma dia ini ga ada masa depan. Kakek dan nenek gua meninggal. Bisnis ortu gua anjlok dan rumah gua mau disita sama bank. Ditambah lagi, gua mendadak kena Fistula. Dan semua itu terjadi di saat gua lagi TA.

Kalian bisa bayangin keadaan gua saat itu? Bisa gua bilang, hidup gua berada di titik terendah pada saat itu. Kalo orang yg ga kuat mental, mungkin bisa bunuh diri kali ya? Dan saat itulah, gua ngeliat iklan itu. 

Sore itu, gua luntang lantung di kampus karena males pulang. Waktu lagi luntang lantung di kantin, mendadak gua melihat iklan itu. Iklan kursus Mandarin di kampus gua. Dan sekilas gua pun teringat sama seluruh pengalaman gua bertualang di China. Gua ingin kembali ke sana, kembali ke masa itu. Segala hal yg pernah gua liat dan gua rasain mendadak muncul di kepala gua bagaikan film. Rasa itu...kebebasan...petualangan...rasa ingin tahu...Fen...  Di China dulu gua serasa punya sayap, dan gua pengen sekali lagi bisa merasakan kebebasan itu. Gua bisa terbang bebas, mengepakkan sayap gua ke seluruh penjuru dunia. Dan pada saat itulah, gua seolah dapet pencerahan. 

Gua tau yg gua mau.

Gua mau sekolah ke luar negeri. Gua mau liat dunia luar, melihat aneka kehidupan di luar sana. Gua ga tau bagaimana caranya gua bisa mencapai impian gua itu, tapi satu hal yg gua tau, langkah pertama untuk menuju ke sana harus dimulai dari sini, saat ini. Dan sore itu pun, gua langsung daftar kursus Mandarin.



Belajar Mandarin, saat itu bisa dibilang adalah setetes embun sejuk di tengah penatnya kehidupan gua. Dan impian gua untuk bisa sekolah ke luar negeri itu seolah memberikan gua kekuatan untuk bisa maju terus menghadapi aneka pahitnya kehidupan. Hidup gua penuh masalah, gua berkali-kali jatuh dan menangis, tapi gua ga pernah menyerah atau hilang arah. Kenapa? Karena mata gua udah menatap jauh ke depan. Impian gua ada di depan sana, di seberang lautan, dan seberat apapun masalah yg gua hadapi, gua yakin semuanya bisa gua lewati, semuanya bisa gua hadapi, satu per satu.

Dalam keadaan saat itu, ortu gua ga mungkin bisa ngebiayain gua ke luar negeri. Gua juga ga tau gimana caranya gua bisa dapet beasiswa ke luar negeri. Segalanya seolah tidak pasti, tapi gua ga takut karena meskipun harus berjalan ribuan mil, saat ini kaki gua udah menemukan pijakan pertamanya. Dan selama gua ga menyerah, suatu hari gua percaya bahwa gua pasti bisa sampai ke sana.

Dan siapa yg sangka, bahwa "suatu hari" itu datang lebih cepat dari yg gua perkirakan?

Juni 2012. Tugas Akhir, masalah ekonomi, keluarga, dll pada akhirnya satu persatu pun berlalu. TA gua sukses dan gua dapet nilai A. Mama gua menang di pengadilan melawan bank yg mau nyita rumah gua. Pemakaman kakek nenek gua berjalan lancar. Dan gua...dapet beasiswa ke China. Begitu dapet beasiswa ke China, gua pun langsung kontak Fen dan dia pun sangat bahagia mendengarnya. Dia sampe kaget gitu, gua yg dulunya ga bisa ngomong Mandarin dan cuma bisa ngandalin Google Translate, mendadak bisa ngasih tau dia kabar bahagia, dalam Bahasa Mandarin.

Hari yudisium pun tiba, setelah beres ketok palu dan foto-foto, gua pun berdiri di hadapan gedung fakultas gua. Fakultas Seni Rupa dan Desain. Jurusan Desain Komunikasi Visual. Well, mungkin gua ga akan jadi desainer profesional di perusahaan, tapi gua yakin bahwa segala yg gua pelajari di tempat ini, tidaklah sia-sia. 

Di DKV gua belajar berpikir secara kreatif, dan kreativitas itu bisa gua terapkan di segala bidang kehidupan. Bikin presentasi yg bagus untuk memperkenalkan budaya Indonesia di luar negeri misalnya, atau mendesain metode pengajaran yg unik di saat gua jadi pengajar bahasa Mandarin...so far gua udah nemuin banyak cara untuk bisa menggunakan kreativitas gua demi kebaikan orang lain. Bahkan nulis blog kayak gini, berbagi kisah dan pengalaman hidup di China, itu semua butuh kreativitas kan?

Kawan, di dunia ini ga ada hal yg sia-sia. Jurusan kuliah tidak menentukan karir kalian. Situasi ekonomi keluarga tidak menentukan nasib kalian. Dan kalian sebenarnya tidak perlu melacurkan prinsip serta idealisme kalian demi uang atau karir. Hidup ini mau dibawa ke mana, semuanya kembali ke tangan kalian masing-masing. Selama kalian punya tujuan dan motivasi yg jelas di dalam hidup ini, kalian ga akan pernah kehilangan arah. 

Banyak yg nanya ke gua, kok gua bisa sih tabah, mengejar impian yg pada saat itu seolah-olah sangat impossible? Well, karena gua ga tau bahwa impian gua itu bukanlah impossible. Gua udah nemu jalannya dan gua udah mulai langkah pertamanya. Meskipun gua ga tau ujungnya di mana dan kapan baru bisa sampai ke sana, tapi minimal gua tau bahwa gua udah berada di jalan yg benar. Ga peduli seberapa banyaknya hambatan dan rintangan, hadapi saja satu persatu dan pada akhirnya, semuanya akan berlalu. Selama kalian tidak menyerah dan terus berusaha, suatu hari impian kalian akan tercapai. Serumit dan sesimpel itulah hidup itu. Mau dibikin simpel, atau rumit, itu terserah kalian.

Thank you buat yg udah baca kisah gua ini, semoga kalian bisa nangkep pesen moral yg mau gua omongin. Sebagai penutup postingan panjang ini, gua mau mengutip kata-katanya kata-katanya Donny Dhirgantoro dari novel 5cm :

"Taruh mimpi-mimpi kamu, cita-cita kamu, keyakinan kamu,
apa yg kamu mau kejar…
Kamu taruh di sini… jangan menempel di kening.
Biarkan…
dia…
menggantung…
mengambang…
5 centimeter…
di depan kening kamu…
Jadi dia nggak akan pernah lepas dari mata kamu.
Dan kamu bawa mimpi dan keyakinan kamu itu setiap hari,
kamu lihat setiap hari, dan percaya bahwa kamu bisa.
Apa pun hambatannya, bilang sama diri kamu sendiri,
kalo kamu percaya sama keinginan itu dan kamu NGGAK BISA menyerah.
Bahwa kamu akan berdiri lagi setiap kamu jatuh,
bahwa kamu akan mengejarnya sampai dapat, apa pun itu,
segala keinginan, mimpi, cita-cita, keyakinan diri…
Biarkan keyakinan kamu, 5 centimeter menggantung mengambang di depan kening kamu.
Dan…
sehabis itu yang kamu perlu…
Cuma kaki yang akan berjalan lebih jauh dari biasanya,
tangan yang akan berbuat lebih banyak dari biasanya,
mata yang akan menatap lebih lama dari biasanya,
lapisan tekad yg seribu kali lebih keras dari baja…
Dan hati yang akan bekerja lebih keras dari biasanya…
Serta mulut yang akan selalu berdoa” 

Aku, Miaka, dan Andri - Part 1

$
0
0

"The first time you fall in love, it changes you forever and no matter how hard you try, that feeling just never goes away."

Dari aku, yang selalu mengagumimu...


BAGIAN PERTAMA



Papa gua sering cerita, bagaimana sewaktu muda dia pernah pacaran dengan tiga cewe sekaligus. Mama gua sering cerita, bahwa sewaktu muda, dia pernah bikin beberapa cowo yg naksir dia jungkir balik, minum baygon, dan juga makan sabun,. Yg bikin gua bertanya-tanya adalah...kalo Papa Mama gua sewaktu mudanya begitu lihai dalam masalah cinta, kenapa bakat mereka tidak menurun ke gua ya?

Selama sekolah dulu, gua tidak termasuk ke dalam ketagori "cowo yg menarik". Sepanjang duduk di bangku SD, gua selalu dibully oleh temen-temen sekelas gua. Berkat mereka, jangankan pacaran, cewe-cewe liat gua aja udah langsung buang muka, entah jijik, entah takut ikutan kena bully kalo ngobrol sama gua. Hal itu terus berlanjut hingga gua SMP.

Di SMP gua, 75% muridnya adalah temen temen seangkatan gua sewaktu SD, jadi situasinya tidak berubah terlalu banyak. Hanya saja, seiring bertambah dewasa, gua mulai bisa lebih bijaksana dan supel dalam bergaul. Berkat aktif di dalam organisasi kepramukaan, gua mulai punya beberapa orang sahabat. Dan berawal dari beberapa orang sahabat ini lingkungan pergaulan gua semakin luas dan luas. Bahkan gua mulai punya beberapa orang sahabat dari sekolah lain, salah satunya adalah Andri (bukan nama sebenarnya).

Andri ini salah seorang mantan teman satu SD gua yg sekarang bersekolah di sekolah lain (tapi meskipun beda sekolah, sekolah dia dan sekolah gua masih di bawah satu yayasan yg sama). Waktu SD kita ga gitu deket, sering berantem malahan gara gara masalah game, tapi karena kita bareng-bareng aktif di Pramuka, dan lingkungan pergaulan kita sama, perlahan-lahan hubungan gua dan dia makin deket. Saat itu, bisa dibilang dia adalah salah satu best friend gua.

Andri adalah orang yg supel, ga aneh sih karena menurut kabar angin, dia di luar sekolah juga suka bergaul sama preman. Dia banyak ngajarin gua bagaimana caranya menjadi supel dan mudah bergaul, terutama terhadap lawan jenis...walaupun kadang-kadang cara yg dia ajarkan agak...mesum dan kurang ajar, tapi gua bisa nangkep intinya. Buat gua yg termasuk pendiam dan kurang PD, punya sahabat seperti Andri adalah hal yg sangat menyenangkan.

Kehidupan gua di saat itu tidak begitu penuh gejolak. Hari-hari gua diisi oleh main game, bergaul, dan juga kegiatan di pramuka. Gua sempet naksir-naksiran sama beberapa orang cewe, tapi ga ada yg sampe serius. Gua punya banyak teman baru, cowo-cowo yg pada awalnya adalah saingan gua dalam urusan naksir-naksiran, tapi pada akhirnya malah jadi sahabat gua. Sejauh ingatan gua, tahun-tahun awal di bangku SMP itu adalah masa-masa paling damai di dalam hidup gua.

Dan semuanya berubah semenjak gua bertemu Miaka


Di SMP gua, meja belajar di ruang kelasnya adalah meja panjang di mana dua orang murid akan duduk satu meja, bersebelahan, dan sudah jadi tradisi di sekolah gua bahwa setiap beberapa minggu sekali, guru wali kelas akan mengubah posisi tempat duduk kita di kelas. Tujuan utamanya sih katanya supaya kita ganti teman sebangku dan lebih saling mengenal satu sama lain, walaupun sudah menjadi rahasia umum bahwa ini adalah cara para guru untuk memisahkan tempat duduk murid-murid biang kerok di kelas tersebut supaya tidak duduk berdekatan dan menganggu proses belajar mengajar.

Gua termasuk orang yg lumayan supel di kelas dan gua akrab dengan 80% murid di kelas gua. Tapi sialnya, kali itu wali kelas memasangkan gua dengan seorang murid yg termasuk di dalam 20% sisanya.

Miaka, namanya (bukan nama sebenarnya), seorang cewe kutu buku yg sama sekali belum pernah gua ajak ngobrol sekalipun. Oke, saat itu memang kita sudah jadi teman sekelas selama lebih dari satu semester, tapi jujur, gua rasanya kok belum pernah liat atau denger cewe yg satu ini membuka mulutnya?

Dengan sifat gua yg supel dan sok akrab, biasanya gua bisa memulai pembicaraan dengan teman sebangku baru gua dalam waktu kurang dari beberapa menit saja. Tapi melihat Miaka yg duduk dengan tampang cuek (agak judes) dan mata yg tidak melirik ke arah gua sekalipun, gua ga tau gimana caranya memulai pembicaraan. Sempat terlintas di kepala gua untuk mencolek bahunya dengan mengulurkan tangan gua ke depan mukanya. "Hey bro, kenalan donk" Kalo dia masih ga menoleh ke arah gua, mungkin gua bisa coba rampas kacamatanya kemudian lempar ke luar jendela sambil pura pura berkata "Oops sori, tangan gua licin" Tapi..kayaknya kok bukan ide yg bagus ya?

Sepanjang pelajaran hari itu berlangsung, mata gua tidak bisa lepas dari Miaka. Ia duduk tenang mendengarkan pelajaran sambil tangannya terus menulis sesuatu di bukunya. Sementara mata gua tidak bisa lepas darinya, gua menyadari bahwa mata Miaka juga jarang melirik ke papan tulis. Terus, dia nulis apaan donk? Apa dia beneran bisa nulis sebanyak itu hanya dengan mengandalkan pendengaran belaka?

Tidak terasa, waktu istirahat pun tiba. Gua ngobrol di depan kelas bersama teman-teman gua, tapi mata gua terus menerus tidak bisa berhenti melirik Miaka yg sedang duduk sendirian di kelas sambil terus menulis. Oke, kita memang sudah jadi teman sekelas lebih dari 7 bulan, tapi sepertinya baru kali ini gua menyadari bahwa selama ini, Miaka jarang keluar kelas di saat jam istirahat. Ia terus menulis dan menulis sambil sesekali jarinya memainkan ujung rambut panjangnya yg ikal. Gua semakin penasaran.

Bel tanda masuk pun berbunyi dan pelajaran hari itu pun berlanjut. Sementara guru Fisika sibuk menjelaskan rumus di papan tulis, Miaka masih terus sibuk menulis. Di balik kacamatanya, gua melihat matanya terus menerus terpaku pada buku tulis kecil yg ia sembunyikan di balik buku pelajaran Fisikanya. Gua bener-bener ga tahan. Akhirnya di saat pergantian pelajaran, gua memberanikan diri untuk mengintip. Gua mendekat ke arah dia, hingga bahu gua menempel ke bahunya, kemudian gua mendongak, memicingkan mata, mengintip halaman buku tulis yg selama ini selalu ia tutupi di balik lengannya.

Gua terpaku selama beberapa detik, mencoba membaca huruf-huruf yg ia torehkan di atas buku tulis kucal tersebut dan...
"Ya ampuuuunnn..." seru gua, reflek, terhenyak, di saat mengetahui bahwa ternyata Miaka bukan sedang sibuk mencatat pelajaran melainkan MENULIS CERITA.
"Gua pikir lu dari tadi sibuk nulis apaan...ga taunya nulis cerita toh" seru gua terhadap Miaka. Saking terhenyaknya gua sampe keceplosan, kata-kata itu terlontar begitu saja dari mulut gua.

Mendengar kata-kata gua, Miaka, untuk pertama kalinya memalingkan wajahnya ke arah gua. Pandangan gua dan dia bertemu untuk pertama kalinya. Matanya memandang mata gua dalam-dalam. Sekejab gua merasa takut, takut dia marah atau tersinggung karena gua ngintip apa yg sedang dia tulis. Tapi reaksinya kemudian membuat gua tambah terkejut.

"Lu mau baca?" tanya dia, tanpa ekspresi.
"Ehm...kalo lu ga keberatan.." jawab gua ngasal, masih agak salting.
"Nih" kata dia, sambil mendorong buku tersebut ke arah gua dengan sikunya.

Tapi belum sempat gua membuka halaman pertama, tiba-tiba Bu Yohana, guru Biologi sekaligus wali kelas kita, melemparkan sebatang kapur ke kepala gua. Miaka pun buru-buru mengambil buku tulisnya dan menyembunyikan buku tersebut di pangkuannya, di bawah meja.
"Kalian ngobrol melulu, mau Ibu pindahkan duduk ke paling depan???" ancam Bu Yohana.
"Eh...nggaa...maaf Bu" kata gua, buru-buru membuka buku cetak Biologi yg ternyata akibat terlalu sibuk memperhatikan Miaka, belum gua buka sama sekali.
Miaka menutupi separuh wajahnya dengan buku cetak Biologi, tapi balik buku tersebut gua sekilas melihat dia sedang cekikikan.

Setelah Bu Yohana kembali melanjutkan pelajaran, gua memberanikan diri untuk menoleh ke arah Miaka.
"Hihihihi..."
Dia tersenyum. Oh bukan, ketawa. Nyengir lebar.

Sekejab jantung gua, seolah lupa berdetak.
Gua menahan nafas, seolah lupa bernafas.

So pure...
So innocent...

Manis.

Banget.

Senyuman yg sampai hari ini masih terbayang dengan jelas di ingatan gua.
Dan gua yakin saat itu pipi gua pasti merah banget.

Ilustrasi. Kurang lebih kayak gini dia ketawanya.

Dan hari itu, kuukir namamu di hatiku...


(TO BE CONTINUED...)

Under The Hawthorn Tree

$
0
0

"我不能等你一年零一個月了,我也不能等你到二十五歲了,但是我會等你一輩子"
I can’t wait 13 months for you; I can’t wait till you're 25; but I can wait for you my entire life.

Jing Qiu (Zhou Dongyu) adalah seorang gadis remaja yg hidup di akhir jaman "Cultural Revolution" di China. Setelah ayahnya dicap "pemberontak" dan diasingkan oleh Communist Party yg berkuasa di China pada saat itu, ibunya yg sakit-sakitan harus seorang diri menghidupi ketiga buah hatinya. Sebagai putri tertua, Jing Qiu merasa ikut bertanggung jawab untuk membantu ibunya mencari nafkah. Ia belajar dengan giat dan berhasil masuk ke sekolah guru.

Di akhir masa sekolahnya, Communist Party mengeluarkan perintah untuk mengirim anak-anak muda dari kota ke pedesaan untuk "re-edukasi", Jing Qiu termasuk salah satunya. Pada saat tiba di Desa Xiping, ia mendengar kisah mengenai sebuah pohon Shanzha yg dipuja sebagai "Pohon Pahlawan" karena menurut kisah yg beredar, pada jaman Perang Dunia II banyak pejuang kemerdekaan China yg dieksekusi oleh tentara penjajah Jepang di bawah pohon tersebut. Di desa itu pula, Jing Qiu bertemu dengan Sun Laosan (Shawn Dou), seorang laki-laki muda yg sedang meneliti geologi di tempat itu.

Meskipun berasal dari keluarga kaya raya namun Sun sejak kecil telah kehilangan ibunya yg bunuh diri setelah dicap "pemberontak" oleh pemerintah. Siapa yg menyangka, di balik kepahitan hidup ini, ternyata Jing dan Sun dapat saling menemukan persamaan. Pada awalnya Jing mencoba menjaga jarak dari Sun karena hubungan antara dua orang "anak pemberontak" di jaman itu dapat membahayakan masa depan karir mereka, tapi perlahan-lahan mereka pun saling jatuh cinta dan memutuskan untuk melanjutkan hubungan itu meskipun mengambil resiko.

Setelah Jing pulang ke kota dan kembali mengajar sebagai guru, mereka pun memulai hubungan jarak jauh. Sun sesekali meluangkan waktu untuk datang ke tempat Jing dan mereka pun harus pandai-pandai bersembunyi dan mencuri waktu untuk bisa berduaan. Di China pada jaman itu, laki-laki dan perempuan jangankan bersentuhan, hanya berada di satu ruangan yg sama saja sudah bisa menimbulkan banyak gosip dan cemoohan. Untuk menghindari mulut-mulut usil tersebut, setiap kali Sun dan Jing bersama di tempat umum, mereka harus menjaga jarak satu sama lain sambil pura-pura tidak saling mengenal. Baik saat berjalan kaki, maupun naik bus. Bahkan untuk berpegangan tangan pun adalah sesuatu yg sakral.

Dapatkah hubungan yg ditentang oleh masyarakat ini terus berlanjut?





Pada awalnya, melihat film-film yg pernah disutradarai oleh Zhang Yimou sebelumnya seperti Curse of The Golden Flower atau Raise The Red Lantern, gua pikir film ini juga ceritanya bakal berat dan penuh intrik. Tapi siapa yg sangka, di balik setting yg begitu kelam dan kompleks, kisah yg diangkat oleh film "Under The Hawthorn Tree" ini bisa dibilang adalah kisah cinta paling manis dan tulus yg pernah gua baca, atau tonton. Film yg diangkat dari kisah nyata ini sama sekali tidak mengisahkan revolusi kebudayaan atau gejolak politik pada jaman itu, tapi tentang cinta, dan hanya tentang cinta.

Cinta yg...sederhana, dan apa adanya. Seorang laki-laki jatuh cinta pada seorang perempuan. Ia tahu bahwa cinta yg ia rasakan adalah cinta yg sejati, dan dengan segala ketulusan dan kelembutannya, ia berusaha merebut hati perempuan yg ia sukai tersebut. Misalnya, saat mau menyebrang sungai, karena tidak bisa berpegangan tangan, Sun menggunakan sebatang kayu untuk menuntun Jing. Saat kaki Jing terluka dan ia menolak untuk dibawa ke rumah sakit, Sun mengambil pisau dan menyayat tangannya sendiri, dengan begitu Jing pun mau pergi ke rumah sakit, sambil mengobati kakinya, sekalian mengobati luka di tangan Sun.

Salah satu adegan yg paling mengharukan buat gua di film ini adalah saat Jing dan Sun berada di dua sisi sungai yg berbeda, kemudian merentangkan tangan ke depan, seolah berusaha saling memeluk, meskipun terpisah jarak yg begitu jauh...



Sangat sederhana dan apa adanya. Tetapi di balik kesederhanaan itu, tersembunyi makna yg begitu agung dan tulus, nilai-nilai cinta yg mungkin sudah dilupakan dan diabaikan di masa kini. Sebuah tamparan di wajah bagi generasi muda jaman sekarang yg selalu mengidentikkan cinta sama dengan nafsu dan seks.

Kisah cinta Jing dan Sun ini benar-benar sangat tulus dan innocent, seperti sama halnya dengan kisah cinta kita sewaktu di sekolah dulu. Temen-temen pembaca masih inget sama masa-masa itu kah? Gua masih. Gua inget waktu kelas 2 SMP dulu gua pernah nyembunyiin pulpen punya gebetan gua supaya gua bisa minjemin pulpen gua ke dia dan akhirnya gua ada alesan untuk memulai pembicaraan. Gua juga masih inget kelas 6 SD dulu saat sobat gua ga sengaja megang tangan gebetannya dan kemudian panik karena takut gebetannya hamil. Masa-masa indah di mana cinta belum diukur oleh ras, agama, status sosial, keperawanan, maupun jumlah digit angka tabungan di bank.

Akhir kata, film "Under The Hawthorn Tree" ini adalah salah satu film terbaik yg pernah gua tonton dan sayang banget kalo dilewatin.
Mau nonton? Silakan cari di google atau download di asiatorrent.

Sambil nunggu download beres, silakan nikmati trailer di bawah ini :




Rating : 9/10


Emotional Review : Attack On Titans Live Action

$
0
0
Shingeki no Kyojin

Mengadaptasi manga/anime/game menjadi sebuah film live action bukanlah hal yg mudah, malah bisa dibilang akan menjadi jauh lebih sulit ketimbang membuat suatu film yg diadaptasi dari novel maupun script original. Sebut saja belasan film karya Uwe Boll, seorang sutradara Jerman yg terkenal karena telah menghasilkan belasan film hasil adaptasi dari game yg gagal total di box office.

Apa sih kesulitannya? Pertama, mengemas cerita dari manga/anime/game yg biasanya cenderung panjang dan kompleks menjadi sebuah film berdurasi 90 menit bukanlah sebuah hal yg mudah. Kedua, sangat sulit bagi sebuah film "adaptasi" untuk memenuhi ekspektasi tinggi dari para fans dari anime/game yg diadaptasi tersebut. Jadi, di awal tahun 2000 dulu, banyak sineas yg anti menonton film hasil adaptasi dari manga/anime/game karena sebagian besar hanya akan mengecewakan.

Namun fenomena tersebut mulai bergeser semenjak kesuksesan Resident Evil (2002) dan Azumi (2003), disusul dengan Initial D (2005), Death Note (2006), Red Cliff (2008), dan film-film lainnya termasuk Transformers, beserta superhero dari DC dan Marvel. Film adaptasi tidak lagi dianggap sebagai suatu karya yg gagal, melainkan sebuah ladang emas.

Salah satu proyek film adaptasi ambisius yg berhasil dan mendapat penghargaan dari masyarakat dunia adalah trilogi Rurouni Kenshin. Memang ceritanya jauh lebih sederhana daripada versi manga/anime nya, tapi koreografi pertarungan yg apik dan akting yg berkualitas dari para pemeran utamanya dapat menghidupkan sosok "Kenshin" yg manusiawi di layar lebar. Memang terdapat banyak penyesuaian di sana-sini untuk disajikan sebagai sebuah film berdurasi singkat, tapi film trilogi ini tetap setia kepada manga/anime secara konseptual.

Beda halnya dengan yg terjadi pada film adaptasi dari anime Shingeki no Kyojin ini. Gua sampe bela-belain dua kali nonton film ini dari awal sampai habis untuk bisa menulis artikel review ini, tapi setelah nonton dua kali pun, pendapat gua tetap sama. Film ini OVERHYPE dan gagal untuk mendeliver apa yg telah mereka janjikan. Bukan masalah jalan ceritanya beda sama versi manga/anime nya, bukan, tapi karena banyak kekurangan dalam segi teknis dan juga eksekusinya.

Apa sih yg membuat trilogi Rurouni Kenshin disukai banyak orang? Yg pertama dan utama menurut gua adalah totalitas akting dari para pemerannya, didukung oleh koreografi pertarungan super dashyat dan juga dramatis. Hal itu tidak akan kalian temukan di dalam film Attack on Titans ini. Karakter-karakter di film Attack on Titans sungguh terasa hambar dan satu dimensional karena akting para pemainnya (terutama di adegan-adegan yg di slow motion) terasa kurang menjiwai.

Contohnya, di saat pertama kali gua melihat Eren muncul di film, kesan pertama yg timbul di hati gua adalah...bah, ni orang baik tampang maupun ekspresi ga ada jiwa "protagonis"nya, seolah-olah Eren hanyalah seorang NPC generic di film Attack on Titans ini. Malah Armin yg lebih terasa emosinya dan sedikit membuat gua bisa empati sama dia. Ditambah lagi, kenapa semua pemainnya harus orang Jepang? Kenapa ga masukin orang negara lain supaya castnya jadi lebih berwarna dan gampang dibedain satu sama lain? Mukanya orang Jepang tuh mirip-mirip, susah bedainnya.

Mukanya mirip-mirip, kadang Eren sama Armin aja masih bisa ketuker

Kedua, musik. Gua tau kalo Attack on Titans ini bukan drama musikal, tapi please deh, musik dan ambience itu penting untuk membangun mood di dalam suatu adegan. Musik-musik dan ambience yg mengiringi film Attack on Titans yg banyak adegannya berada di dalam keadaan remang-remang ini...bener-bener terasa sangat "meh" dan hambar.

Ketiga adalah jalan cerita yg kurang menarik. Banyak adegan dramatis di manga/anime nya yg ditiadakan dan diganti dengan adegan-adegan ga penting serta fan service yg mengakibatkan banyak plot hole di sepanjang film. Gua ga mau spoiler jadi gua ga akan uraikan di sini. Kalo pengen tahu, liat di bagian "Spoiler" di bawah ini. Read at your own risks!

Minor spoiler

Adegan dibuka dengan pemandangan sebuah kota...skip skip...Armin ketemu sama Eren dan Mikasa. Seperti yg udah gua bilang, Erennya terlihat seperti generic NPC, bener-bener datar emosinya. Armin nya cakep dan Mikasa nya super cute, that's all.

Skip skip...Titans menyerang out of nowhere...kalo di animenya Eren harus menyaksikan kematian Ibu nya di tangan Titan, kalo di film ini...ga ada adegan itu. Adanya adegan para manusia yg mengurung diri di sebuah bangunan, kemudian diinjek sama Titan sampe jadi jus tomat. Hoek. Eren terlihat sangat loser di sini.

Skip berapa tahun ke depan, Eren dan Armin join Recon Team. Dikenalin sama sesama anggota yg mukanya mirip-mirip. Don't worry, most of them will die and be forgotten anyway. Skip skip, mission pertama, mulai terasa suspensenya. Adegan paling bikin deg-degan di film ini adalah waktu Eren dan Hiana (never mind her, she will die soon) menemukan Titan Bayi di sebuah pabrik tua. Terus mereka dikejer-kejer sama Titan yg bisa lari. Jadi intinya, Titan bisa lari atau cuma jalan santai sih? Kok ga dijelasin?

Skip...skip...lagi-lagi diserang Titan out of nowhere...Mikasa muncul...ternyata do'i ga ikutan jadi jus tomat di awal film (of course, duh). Terus waktu Mikasa lagi maen piano sendirian di tengah reruntuhan (WTF), Eren nyamperin dia dan found out that Capt. Shikishima already made her his bitch. I'm not a fan of NTR and I found this scene ridiculous.

Skip...Eren galau, teriak-teriak kayak orang gila yg cewenya baru dicuri orang, terus diajakin ML sama Hiana. Pas mereka lagi mau ML, tiba-tiba Titan muncul out of nowhere dan makan Hiana di depan muka Eren. Erennya cuma shock terus lari aja, tanpa perlawanan. Stress kali dia, gagal melepas keperjakaan.

Skip...skip...adegan ga penting soal dinamit...skip...skip...Capt Shikishima manas-manasin Eren suruh Eren lawan Titan pake 3D Manuever Gear. Begitu Eren melesat ke arah Titan, kaki Eren digigit sampe mutus, and Capt. Shikishima doesn't give a shit about it. Skip...skip...Armin mau dimakan, Eren dengan kaki buntung nolongin dia...Titan gigit Eren sampe tangannya putus (dan Eren tidak tampak kesakitan), terus ditelen...di perut Titan, Eren nemuin kepala Hiana...oh ternyata ini toh Titan yg tadi gangguin mereka pas mereka mau ML...kok bisa kebetulan ya. Eren pun emosi dan berubah jadi Titan. And the rest is history...sama kayak di manga/animenya.

Spoiler ends.

Selain poin-poin di atas, gua juga kecewa karena pembuat film ini tampaknya tidak memaksimalkan potensi 3D Manuever Gear. Banyak adegan action yg bisa disajikan hanya dengan menggunakan alat ini, tapi sayang, adegan anggota Recon Corps melayang-layang dengan dramatis sambil berusaha menebas Titan disajikan dengan sangat minim di film ini, beda sama versi manga dan animenya. Intinya, koreografi pertarungan di dalam film ini tidak digarap secara maksimal. Mungkin mereka terburu-buru mengejar momentum kesuksesan animenya, dan akibatnya, hasilnya menjadi tidak maksimal.

Satu-satunya poin plus dari film ini adalah...akting para pemeran Titannya. Sumpah, Titan di live action tampak jauh lebih mengerikan (dan menjijikan) dibanding versi manga/animenya. Applause buat para figuran tak bernama yg rela berjalan-jalan bugil sambil mengerutkan muka sampe terlihat jelek dan aneh kayak psikopat lagi kebelet boker di sepanjang film.

Titannya ngeri cuy!!!

Akhir kata, semua kritik, hinaan, makian, dan pujian yg gua tulis di atas semuanya hanyalah pendapat pribadi belaka. Feel free to watch the movie and disagree with me. Oya, film ini juga baru part 1 nya aja, semoga part 2 nya jauh lebih bagus dan less absurd dibandingkan part 1 nya.

Rating : 3/10


Buat yg udah nonton, silahkan tinggalkan kesan-kesan kalian terhadap film ini di kotak komentar di bawah ya. Mari kita diskusi =)


Btw, buat yg pengen tau, film adaptasi manga/anime/game apa sih yg bagus dan layak tonton selain Rurouni Kenshin trilogi, Resident Evil, dan superhero Hollywood? Ini gua kasih listnya...

- Lovely Complex (Jap/2003)
- Red Cliff 1 (China/2008)
- Red Cliff 2 (China/2009)
- Thermae Romae 1 (Jap/2012)
- Thermae Romae 2 (Jap/2014)
- Usagi Drop (Jap/2011)
- Old Boy (Korea/2003)
- Hentai Kamen (Jap/2013)
- Kimi ni Todoke (Jap/2010)
- Initial D (HK/2005)
- Death Note (2006)
- Crows Zero 1 (2007)
- Crows Zero II (2009)
- Crows Explode (2014)
- City Hunter (HK/1993)
- Future Cops (HK/1993)
- Azumi 1 (Jap/2003)
- Azumi 2 (Jap/2005)

Oya, besok gua mau review sebuah film low budget adaptasi dari game yg ternyata bagus banget hasilnya. Mau tau film apa? Tongkrongin terus Emotional Flutter ya...

Twenty Eight

$
0
0


Beberapa bulan yg lalu, waktu gua ngucapin selamat ulang tahun ke seorang sahabat yg saat ini umurnya sudah mendekati kepala tiga, gua mendapati bahwa dia tampak tidak begitu bahagia menghadapi hari ulang tahunnya tersebut.

Dia bilang, tidak tahu sejak kapan mulainya, tapi ulang tahun kini sudah bukan lagi merupakan sebuah hal yg menyenangkan bagi dia. Buat dia, ulang tahun seolah menjadi sebuah reminder akan satu tahun yg telah berlalu dan juga reminder akan hal-hal yg belum dia capai di usia dia pada saat ini. Ambil contoh misalnya Mark Zuckerberg, sang pendiri Facebook. Dia usia kepala dua, Zuckerberg berhasil menjadi multi-milyuner, sementara sahabat gua ini di usianya yg hampir mendekati kepala tiga, nyicil beli mobil aja belum kesampean.

Gua ngerti sih perasaan dia, gua yakin ga cuma sahabat gua seorang yg terkena krisis identitas di saat umur mendekati kepala tiga. Gua yakin di antara temen-temen pembaca sekalian juga banyak yg berpikir begitu...gua pun tidak jauh berbeda.

Gua kadang suka ngebandingin diri sama anak-anak muda Indonesia yg berhasil sukses di umur kepala dua. Raditya Dika misalnya, gua dan dia sama-sama udah ngeblog dari tahun 2003. Gua ga tau dia masih inget gua apa kaga, tapi gua tuh salah satu orang yg paling hobi ninggalin komen di blog Kambing Jantan. Dua belas tahun berlalu, Raditya Dika udah jadi penulis dan sutradara terkenal, sementara gua masih ga berubah, dari dulu sampai sekarang, tetaplah seorang blogger galau.

Lantas apakah benar perkataan sahabat gua itu, bahwa di umur segini yg namanya hari ulang tahun itu hanyalah sekedar reminder akan umur yg semakin menipis dan cita-cita yg masih tertunggak?

Sebelum gua bisa menjawab, sahabat gua itu kemudian melontarkan lagi satu buah pertanyaan kepada gua.

"Ven, kapan sih lu terakhir kali mengalami ulang tahun yg berkesan?"

Pertanyaan dia itu membuat angan gua melayang ke 8 tahun silam...

27 Agustus 2007, gua berdiri di depan pintu masuk Fakultas Seni Rupa dan Desain, Universitas Kristen Maranatha. Gua yg saat itu baru saja melepaskan status gua sebagai mahasiswa sebuah perguruan tinggi paling bergengsi di Kota Bandung dan memilih untuk mengejar impian sebagai desainer di sini, membusungkan dada dengan bangga dan sejuta harapan, menghadapi hari pertama kuliah di jurusan impian gua.

8 tahun kemudian...gua udah lulus 3 tahun lamanya, dan gua masih belum jadi desainer sukses. Gua malah ambil Master di jurusan Bahasa Mandarin dan Pengajaran. Kalo diri gua di tahun 2007 mendengar akan hal ini, apakah dia akan bangga? Gua ga tau jawabannya karena gua yg sekarang sudah bukan diri gua yg dulu. Tapi yg pasti, gua tahu, bahwa segala hal yg sudah gua alami semua ini, semua pilihan dan jalan hidup yg pernah gua jalani, semuanya gua jalani dengan kesadaran penuh dan tanpa penyesalan.

Gua teringat pada ulang tahun gua yg ke 25, tanggal 27 Agustus 2012. Hari itu adalah hari di mana gua meninggalkan rumah, meninggalkan Bandung, meninggalkan segala rutinitas dan kenyamanan, berangkat ke seberang lautan untuk mengejar cita-cita. Dan sejak hari itu, segalanya pun berubah. Gua yg dulunya hanya berpikir mau cari kerjaan yg stabil dan hidup berkeluarga dengan tenang di Bandung, kini punya sejuta cita-cita. Gua mau traveling ke seluruh penjuru dunia, gua mau punya gelar pHD di bidang pendidikan, gua mau hidup gua ini bisa menginspirasi banyak orang dan meninggalkan senyum di hati orang-orang yg pernah gua temui.

Tapi di balik semua impian-impian yg megah itu, hari ulang tahun gua juga mengajarkan gua akan menghargai kesederhanaan. Gua ga akan pernah lupa sama ulang tahun gua yg terakhir, 27 Agustus 2014. Malam itu sahabat-sahabat gua menculik gua ke warnet dan kita maen game sampai subuh. Sebuah hal yg sangat-sangat simpel, tapi bagi gua, itu adalah sebuah bentuk hadiah ulang tahun terindah dari sahabat-sahabat gua. Mereka yg kini sudah sibuk sama keluarga dan pekerjaan, masih bisa meluangkan sedikit waktu di hari ulang tahun gua untuk berbagi sebuah kebersamaan. Call me emotional, but those are the best birthday gift one could have.

Hidup memang tidak selalu berjalan sesuai dengan yg kita inginkan. Tapi selama kita bisa menjalani segalanya dengan rasa syukur, gua rasa ga ada hal yg perlu kita sesali. Ga perlu membandingkan diri dengan orang lain karena setiap orang punya jalan hidupnya sendiri. Ada kenangan di balik setiap langkah dan ada tawa di balik semua air mata.

Buat gua, ulang tahun tidak hanya sekedar peringatan bertambahnya umur atau satu hari di mana gua bisa mendapat banyak kado *uhuk* atau kue *ehem* #kode , tapi juga sebuah momen untuk introspeksi diri, dalam setahun terakhir sudah sejauh apakah gua sudah berkembang sebagai seorang manusia?

Beberapa menit lagi gua akan bertambah tua, dan sama seperti tahun-tahun sebelumnya, gua hanya punya satu permintaan :

"Tuhan, buatlah hidupku ini menjadi berarti bagi sesamaku, dan ajarilah aku untuk selalu bersyukur."

Dengan hati riang dan penuh harapan, gua akan menyambut hari ulang tahun yg ke-28 ini.

Dan hey, siapa tahu, ulang tahun gua yg kali ini juga akan jadi salah satu yg paling berkesan?



Here's to hoping 28 will be great...

Happy birthday, dear Me!

Cheers!



Life Advice for Someone One Year Younger

$
0
0
Terinspirasi dari blog ini



Dear 27 year-olds. 

Jangan pernah merasa diri sudah tua, no~no~no, kamu masih muda kok!
Lakukanlah hal yg ingin kamu lakukan, selagi kamu masih bisa.
Banyaklah membaca, belajar bahasa asing, pergi backpacking, kejarlah ilmu ke jenjang pendidikan yg lebih tinggi, kuliah ke luar negeri, mengambil resiko, carilah kenalan sebanyak-banyaknya, ikutlah blind date, bertemanlah dengan orang asing yg kamu temui di jalan, belajarlah banyak hal baru, kencanlah dengan orang yg bukan tipe kamu, beranikan dirimu untuk jatuh cinta, beranikan dirimu untuk mencintai, beranilah untuk berkata "aku cinta padamu", ikutlah serta dalam acara amal dan bakti sosial, menyanyilah yg keras, beranikan dirimu untuk mengutarakan isi hatimu, tertawalah sambil perut kamu sakit...

Nikmatilah hidupmu, setiap saat, setiap detik, live your life to the fullest...
...enjoy every moment for what it is, not what it could be.

Regards,
A 28 year-old.



Versi bahasa Inggris :


Dear 27 year-olds. 

Never ever say "I'm too old for this". You're still damn young!
Read more books, learn foreign languages, go backpacking, pursue higher education, study abroad, take chances, get to know a lot of people, go to a blind date, befriend a stranger, learn a lot of new things, date someone outside of your preferences, fall in love, say I LOVE YOU, participate in volunteer activities, sing out loud, speak your mind louder, laugh 'till your stomach hurts.

Have fun, live your life to the fullest...
...enjoy every moment for what it is, not what it could be.

Regards,
A 28 year-old.


Apakah kalian juga punya advice atau pelajaran hidup untuk orang yg lebih muda daripada kalian? Tulis aja di kotak komentar di bawah ini, hehehe

Di Ujung Jalan Itu

$
0
0

Temen-temen pembaca, kalian ada yg masih suka kontak sama mantan ga?

Banyak orang yg bilang bahwa dua orang yg pernah saling mencintai itu tidak akan pernah bisa menjadi teman, menurut kalian bener ga sih?

Gua mungkin adalah salah seorang yg tidak setuju dengan pernyataan di atas, karena itulah, sampai sekarang gua masih membina hubungan baik dengan mantan-mantan gua. Untungnya mantan gua ga banyak, cuma ada EMPAT, bayangin kalo ada 40...wihhh...bisa kurus gua kayaknya (kurus dompetnya, bukan perutnya wkwkwk).

Anyway, berteman dengan mantan itu bukan hal yg mudah, tapi dalam kebanyakan kasus, gua yg inisiatif untuk rekonsiliasi duluan. Gua kubur dalam-dalam perasaan gua dan gua bikin mereka nyaman ngobrol sama gua tanpa bawa-bawa perasaan atau masa lalu...dan pada akhirnya, gua bisa dengan bangga bilang...saat ini semua mantan gua adalah sahabat gua.

Di antara keempat mantan di atas, ada satu orang yg paling berkesan buat gua. Lina, mantan gua sewaktu SMA. Gua pacaran sama dia waktunya paling lama (13 bulan kurang 4 hari cuy, not bad) dibandingin dengan mantan-mantan yg lain, dan karena itulah bisa dibilang, gua juga dulu paling sayang sama dia.

Nah Lina ini bisa dibilang adalah mantan yg paling inisiatif ngajakin gua ngobrol, meskipun kita jarang ketemu face to face. Ngobrolin apa sih? Soal kuliah, kerjaan, dan juga...cowonya dia. Oke, pada umumnya orang mungkin bakal bete kalo dengerin mantan curhat soal pacarnya, tapi tidak dalam kasus gua. Berhubung gua udah kubur dalam-dalam perasaan gua, gua udah kebal sama yg kayak gituan. Malah gua pernah dua kali bantuin Lina putus sama cowonya. Lho? Lho? Kita simpen ceritanya untuk di lain waktu ya wkwkwk.

Yah, intinya, hubungan gua dan dia memang special. Gua sayang dia, dia sayang gua, tapi kita tau bahwa kita berdua kalo disatuin itu ga cocok, jadi ya kita saling menyayangi dan saling peduli tanpa bawa-bawa perasaan. Dia berusaha cari cowo, gua juga berusaha cari cewe. Dan kalo salah satu dari kita jadian, kita ga akan saling sakit hati. Platonic, bahasa kerennya sih.



Buat gua sendiri, Lina itu adalah tipe pacar ideal gua. Gua pengen kalo suatu hari punya pacar, pacar gua itu minimal bisa sebaik dia, tapi bukan dia. Pusing ya? Emang. Tapi intinya, Lina adalah pacar terbaik yg pernah gua punya, dan siapapun yg gua pacari setelah dia, di bawah sadar gua akan selalu ngebandingin pacar baru gua itu sama Lina.

Di bawah sadar, gua terus mencari seseorang yg bisa kasih gua perasaan yg sama seperti yg gua alami sama Lina, dan karena itulah, gua ga bisa mencintai dengan 100%, seperti pada saat gua mencintai Lina. Mungkin itulah sebabnya semenjak putus sama Lina, gua terus menerus gagal PDKT sama cewe sampe ngejomblo 9 tahun. Anyway tahun 2011 akhirnya gua sadar dan gua berhenti untuk mencari sosok Lina di dalam diri kecengan gua, dan pada tahun 2013, akhirnya gua ketemu sama soulmate gua, sampai hari ini.

Anyway, semenjak gua jadian sama pacar gua yg sekarang (who I believe to be my soulmate), gua dan Lina makin jarang kontak. Apalagi gua sibuk kuliah di China, dan Lina sibuk meniti karir di Indonesia. Hanya sesekali aja dia laporan ke gua kalo ada peristiwa-peristiwa penting dalam hidupnya seperti jadian, putus, atau operasi usus buntu.

Semuanya berjalan seperti itu hingga beberapa bulan yg lalu, Lina tiba-tiba bilang sama gua kalo akhir tahun ini dia bakal nikah dan dia ngundang gua untuk hadir. Reaksi pertama gua...ohhhh...biasa aja. Tapi pelan-pelan, gua mulai ngerasa agak galau. Temen-temen pembaca pernah ada yg menghadiri nikahan mantan ga? Gimana sih rasanya? Gua gak tau tapi gua deg-degan banget, sumpah. Kalo waktu misa pemberkatan nikah, gua tiba-tiba melompat naik ke altar dan nantangin calon suaminya Lina duel sampai mati pake lilin raksasa di altar gereja, gimana donk?

Untungnya (atau sialnya), ternyata tanggal nikahan Lina bentrok sama tanggal kuliah gua. Gua ga bisa hadir di pernikahan dia. Lina sedikit kecewa mendengarnya, tapi ya dia juga ga maksa gua. Gua pribadi campur aduk antara senang atau sedih ga bisa datang ke nikahan dia. Senang, karena gua ga usah liat dia disahkan menjadi milik orang lain. Sedih, karena gua ga bisa hadir di momen paling bahagia di dalam hidupnya.

Anyway, beberapa bulan berlalu, dan gua pun pulang ke Bandung untuk liburan + magang. Semenjak gua pulang ke Bandung, Lina sering ngajak gua ketemuan, tapi waktu kita ga pernah pas. Hingga sore ini, mendadak gua ada waktu kosong. Gua kontak Lina dan kita pun ketemuan di sebuah cafe di dekat mantan sekolah kita dulu. Tiga tahun ga pernah bertatap muka sama dia, kesan pertama gua saat ketemu dia adalah...wow, wanginya masih sama kayak dulu.

Gua duduk berhadapan sama dia. Sama sekali ga ada perasaan awkward, seolah kita hanyalah dua orang sahabat yg saling melepas kangen. Lina banyak cerita soal hidup dia mulai dari kerja sampai persiapan perkawinan. Gua, seperti waktu kita masih jadian dulu, banyak jadi pendengar dan sesekali merespon cerita dia. Ngobrol sama Lina, dua jam terasa sangat cepat. Sebelum pulang, gua dan dia foto bareng. Pada saat mau foto, gua pun duduk di samping dia. Wangi badan dia semakin jelas tercium dan gua mulai agak salah tingkah.

Seusai foto, dia tiba-tiba memegang lengan gua, dan sambil cemberut, dia ngomong ke gua.
"Lu beneran ga bisa dateng ya ke wedding gua?"
Gua menoleh ke arah dia dan mata kita berdua saling bertemu.

Seketika itu seperti ada aliran listrik yg menyengat dada gua. Pikiran gua seolah melayang dan dalam sepersekian detik itu, gua melihat bayangan gua dan dia sebelas tahun silam. Kita masih pake baju SMA putih abu-abu, dan sedang berpelukan di halaman tempat kost dia. Samar-samar, gua masih bisa denger panggilan sayang yg sering kita bisikkan ke telinga satu sama lain pada saat berpelukan. Dan lagu kenangan kita berdua pun terngiang di telinga gua.

"If I had to live my life without you near me...the days would all be empty...the night would seems so long..."

Hanya sepersekian detik, tetapi ingin rasanya gua membekukan waktu, supaya bisa selamanya tinggal di dalam memori itu. Mata gua berkaca-kaca, begitu pula dengan mata Lina. Mungkin karena dia sudah ngantuk, atau mungkin juga, selama sepersekian detik itu, batin kita berdua sama-sama kembali ke masa putih abu-abu.

Sepulang makan, gua bonceng dia naik motor ke kostnya. Kebetulan dia saat ini juga tinggal di daerah dekat mantan sekolah kita dulu dan otomatis, malam itu kita berdua melewati jalan perumahan yg dulu sering kita lewati sambil bergandengan tangan pada saat masih pacaran dulu. Gua dan dia tidak banyak berbicara, hanya ada hening yg berbahasa.

"Gua doain semoga segalanya lancar ya. Gua percaya bahwa dia memang yg terbaik buat lu, Lin. Lu juga harus percaya itu." kata-kata itu mendadak meluncur dari mulut gua, pada saat kita sudah hampir sampai di kostnya.
"Iya, gua juga berharap begitu" kata Lina.
"Setiap kali gua berpikir tentang lu dan gua, gua hanya bisa bersyukur Tuhan udah kasih lu jadi bagian dari hidup gua. Dan gua juga bersyukur bahwa semasa pacaran dulu, kita bisa mengawali dan mengakhirinya dengan baik-baik, tanpa penyesalan." Lina terdiam mendengar kata-kata gua, tapi gua bisa merasakan genggaman dia di bahu gua sedikit mengeras.

"Lu dan gua, kita bagaikan burung di udara dan ikan di laut. " kata gua melanjutkan.
"Hanya bisa saling menatap, tapi tidak bisa bersatu... Semoga di kehidupan yg lain kita masih bisa ketemu lagi ya, Lin." kata gua sok keren, ngikutin adegan di film You Are The Apple of My Eye.
"Hehehe, tapi kita kan bukan agama Buddha! Mana mungkin bisa reinkarnasi!" kata Lina sambil cekikikan.
"Ya siapa tau aja..." percakapan kita pun berakhir denga garink, sama sekali ga ada romantisnya.

Anyway, gua berdiri di ujung jalan itu, menatap Lina dari kejauhan hingga ia menghilang di balik pintu kostnya, dan kemudian gua memacu motor gua, perlahan, melewati jalan-jalan penuh kenangan di sekitar mantan sekolah kita yg dulu. Lagu kenangan kita berdua pun kembali terngiang di kepala gua...



Di buku terbarunya, gua inget Raditya Dika pernah menulis tentang bagaimana perasaan dia pada saat bertemu dengan mantannya yg ia ibaratkan sebagai seekor "Koala Kumal". Mantan ibaratnya adalah sebuah tempat nyaman yang kita tinggalkan, lalu ketika kita kembali lagi.. kok tempatnya jadi beda. Tapi bukan itu yg terjadi pada gua pada saat bertemu Lina malam ini.

Sepanjang dua jam yg gua lalui bersama Lina, gua sedikitpun tidak ingat alasan apa yg dulu bikin hubungan gua dan dia kandas. Gua ga inget alasan apa yg sering bikin kita ribut atau sifat-sifat nyebelin dia yg sering bikin gua jungkir balik ala Naruto salah minum obat. Gua juga ga ngerasa kalo dia udah berubah dan ga sama kayak dia yg dulu. Ngga, sama sekali ga ada momen "Koala Kumal" di pertemuan gua dan dia malam ini. Yg gua ingat hanyalah alasan-alasan kenapa gua dulu menyayangi dia, momen-momen indah yg pernah kita lalui bersama, dan juga sebuah kesadaran serta rasa syukur bahwa Lina sudah jadi sebuah bagian terindah di dalam masa SMA gua.

Cinta, beserta segala suka dukanya, membuat gua tumbuh menjadi pribadi yg lebih tangguh, lebih dewasa dan lebih bijaksana daripada sebelumnya. Mencintai dan juga kehilangan, membuat gua lebih mampu bersyukur dan juga menghargai segala anugerah yg ada di dalam hidup gua. 

Gua semakin cepat memacu motor gua melewati jalan penuh kenangan ini. Segala bayangan akan masa putih abu-abu...janji-janji cinta yg pernah kita ucapkan dulu...wangi badan Lina...manis bibirnya...hangat pelukannya...terngiang selama beberapa saat...dan perlahan...memudar...menghilang...sirna... bersama dengan butir air mata yg jatuh di pelupuk mata gua.

Di ujung jalan itu, kisah gua dan Lina...berakhir sudah...


Selamat tinggal...

...kenangan




In the end, gua masih ga tau gimana rasanya menghadiri nikahan mantan. Mungkin suatu hari nanti gua bakal tau gimana rasanya. Tapi satu hal yg gua pelajari malam ini...gua ga mau nambah mantan lagi. 

Seringkali kita kurang menghargai apa yg kita miliki, dan kemudian menyesali setelah kita kehilangan. Gua ga mau kehilangan lagi...Gua bakal lebih giat berjuang, supaya pacar gua yg sekarang, adalah yg terakhir buat gua...






Kuliah Terakhirku Di Kampus

$
0
0

Udah 3 tahun berselang semenjak gua lulus dari Marnat. Dan untuk pertama kalinya setelah lulus, gua pergi ke sana. Sampe di sana gua cukup kaget karena banyak sekali yg berubah. Perubahan yg paling mencolok adalah munculnya beberapa gedung baru yg kece banget bentuknya. Seengganya sekarang gua tau ke mana perginya uang pembangunan yg telah gua bayar waktu jaman kuliah dulu, hehehe (suatu pernyataan yg ga akan pernah lu denger keluar dari mulut gua dan temen-temen gua kalo kita lagi ngomongin mantan SMP-SMA kita hehehe)

Anyway, sekarang kantinnya jadi lebih besar, lebih bagus, dan sekitar kampus bermunculan banyak sekali restoran dan mini market yg makanannya terlihat menggiurkan (namun harganya tidak begitu ramah di dompet) Beberapa kios favorit gua juga sudah menghilang dari foodcourt, digantikan oleh kios-kios baru yg menu makanannya lebih "kekinian"

Namun ada juga yg tidak berubah dari mantan kampus gua ini, apakah itu? Cewe-cewe di sini masih tetap...bening, hehehe. Bahkan di jalan gua sempet berpapasan dengan cewe-cewe yg tampangnya...OMG...sempurna, bagaikan bidadari turun dari langit dan menjelma menjadi mahasiswi. Gua jadi agak nyesel...kenapa dulu gua lulus cepet-cepet ya? Kalo gua masih kuliah, dan single, pasti udah gua embat tuh bidadari-bidadarinya.

Gua jadi teringat sama hari pertama gua pindah kuliah dari UNAB (Universitas Negeri Antah Berantah) ke Marnat. Di UNAB, bukannya ga ada bidadari. Ada kok, tapi langka banget. Dan secara UNAB dipenuhi oleh kaum adam, bidadari kampus itu pasti ke mana-mana selalu "disemutin" bak setetes gula di tengah padang gurun yg penuh dengan semut-semut yg sedang birahi tinggi.

Anyway, di hari pertama gua pindah kuliah ke Marnat, gua berjalan dari parkiran motor ke gedung FSRD dan saat itulah...gua melihat segerombolan bidadari...catet...bukan satu, tapi beberapa cuy...lagi berjalan bareng sambil tersenyum anggun.

Krak...krak...kerak debu yg sudah menebal di kornea mata gua pun retak dan berjatuhan. Dunia gua yg tadinya serasa abu-abu, kini menjadi warna-warni, diiringi alunan lembut suara Louis Armstrong...

I see skies of blueeee....clouds of whiteeee....
...what a wonderful world...



Dan sejak itu...dunia gua pun tidak pernah berubah menjadi grayscale lagi...
Ga nyesel deh pindah kuliah ke sini wkwkwk

Dan hari ini terbukti...sampai hari ini, gua rasa kampus gua ini tetap jadi kampus dengan populasi koko ganteng dan cici cantik terbanyak se-Jawa Barat wkwkwk...ayo ayo kalian para sarjana yg jomblo, lanjut kuliah S2 di Marnat aja...#promositerselubung

Anyway, back to topic, hari ini gua maen ke kampus buat apa sih? Ngeceng? Oh bukan, ngeceng mah tinggal pake Tinder aja *plaaaak. Ven, sadar woy, lu udah punya cewe!!!

Iya iya, bukan, bukan ngeceng. Gua hari ini ke kampus buat ngambil IJAZAH.
Lho? Kenapa 3 tahun setelah lulus baru ngambil ijazah? Hari ini banyaaaak banget yg bertanya gini sama gua. Well, ceritanya panjang, tapi kalo pembaca setia Emotional Flutter, pasti udah tau kenapa...

Jadi singkat cerita, tahun 2012 dulu, gua seberes sidang akhir, ketok palu, yudisium, langsung cabut meninggalkan Indonesia, pergi ke China. Wisuda aja gua ga ikut, boro-boro ngambil ijazah. Dan karena sibuk diimpor sana-sini, baru hari ini gua ada waktu untuk kembali ke habitat dan ngambil ijazah. Begitchuuuu...

Setelah melewati proses administrasi yg ehm, lumayan panjang, akhirnya ijazah pun boleh gua ambil. Seneeeeeng banget rasanya, sampe pengen gua ciumin tuh itu lembar ijazah...cuma takut kalo tintanya luntur kena air liur, nanti tanda tangan Dekan dan Rektor nya pindah ke bibir gua gimana?



Setelah ambil ijazah, sebelum pulang, gua sempet maen ke taman bacaan di sebrang kampus tempat dulu gua biasa minjem komik dan novel. Gua liat si mbak penjaganya masih sama kayak yg dulu, jadi langsung aja gua masuk dan nyapa dengan sok akrab
"Halo mbak, masih inget saya?"
Si mbaknya ngeliatin gua sambil bingung, terus nanya
"Siapa ya?"
JEGERRRRRRR
Sedih banget rasanya, gua dulu selama lima tahun hampir tiap minggu minjem buku ke situ, TEGANYA si mbak melupakan wajah gua!

Gua masuk dan liat-liat koleksi komik dan novel mereka. Wah tambah lengkap lho koleksinya, bahkan seri Supernova, Eragon, Eiji Yoshikawa dll pun lengkap, jaman dulu sih belum ada tuh. Tapi gua liat-liatnya sambil ngerasa agak canggung karena si mbak penjaganya melototin gua terus.
"Kalo mau minjem buku harus jadi member dulu!" kata si mbak, agak judes.
Ya ampuuuunn mbakkkk...saya udah member sejak 8 tahun yg lalu astagaaaa...tega banget ihhhh!
Akhirnya sambil agak bete, gua pun pamit dari situ. Si mbak masih ngeliatin gua dengan curiga waktu gua buka pintu dan keluar dari sana, disangkanya gua mau maling komik kali ya?

Di sebelah taman bacaan, ada tukang jualan DVD bajakan dan di depan toko DVD itu ada tukang jualan jus. Gua inget, dulu gua hampir tiap hari pergi ke sana bareng sobat baek gua untuk minum jus, doping vitamin harian ceritanya hehehe. Gua beli jus tomat, just favorit gua dan sobat gua dulu, dan begitu jusnya jadi, langsung gua minum sampai habis. Rasanya tetap enak seperti dulu (cuma harganya lebih mahal 3000 hiks), tidak berubah. Dan kemudian gua menyadari suatu hal...

Gua sadar bahwa sebenernya kampus gua tidak begitu banyak berubah. Yg banyak berubah justru adalah gua nya sendiri.

Gua sadar bahwa semenjak pergi ke China, setiap kali pulang ke rumah, gua sering bertengkar sama mama gua. Bukan mama gua nya yg berubah, beliau tetap sama kayak dulu, gua nya yg berubah. Selama di luar negeri gua bertambah pintar, bertambah tangguh, dan bertambah mandiri. Tapi di sisi lain, di tengah perjalanan itu, kemampuan gua untuk bertoleransi terhadap orang lain pun berkurang. Terbiasa hidup sendiri membuat gua jadi kurang sabar dan egois. Gua ngerasa bahwa gua itu sekarang jauh lebih pintar dan dewasa, udah bukan anak-anak lagi, makanya tiap kali adu argumen sama mama gua, gua ga mau kalah. Padahal mama gua sama kayak dulu, cuma ingin gua mendengarkan, bukan mendebat.

Pulang ke Indo, gua juga sering ngerasa temen-temen gua berubah, jadi tambah sibuk dan jarang ada waktu buat kongkow atau have fun. Sebenernya temen-temen gua juga ga berubah, tetep gila, tetep mesum, tetep garink, hanya saja sekarang mereka udah punya prioritas sendiri-sendiri, dan have fun sudah bukan menjadi prioritas yg utama.

Begitu pula dengan kampus gua. Kampus gua tidak banyak berubah sebenernya, diri gua lah yg banyak berubah. Gua yg dulu sering ngomel-ngomel kalo kuliah dapet banyak tugas, sementara gua yg sekarang menyadari bahwa masa kuliah itu adalah masa yg paling menyenangkan. Jadi pelajar itu enak lho, tanggung jawabnya cuma harus belajar dan ngerjain tugas, udah...simpel banget. Gua yg sekarang, selain belajar, masih harus kerja cari duit, masih harus mikirin masa depan, mikirin orang tua, mikirin biaya untuk nikah...argh ribet. Nanti udah punya anak, dijamin tambah ribet.

Gua yg dulu ingin cepat-cepat dewasa, semasa kuliah malah sibuk cari pacar lah, bisnis ini itu lah, tidak menggunakan kesempatan gua untuk menimba ilmu dan menikmati kehidupan gua sebagai pelajar. Gua yg sekarang, berharap gua bisa kembali lagi ke masa kuliah, dan menghabiskan lebih banyak waktu untuk belajar lebih banyak ilmu desain dan juga bergaul dengan lebih banyak orang. Kalo bisa sih, pengen ngasih tau diri gua yg dulu untuk belajar yg rajin, serajin-rajinnya, karena belajar itu adalah sebuah privilege, bukan beban atau kewajiban...ga usah sibuk nyariin pacar, cari temen aja yg banyak, nikmatin masa muda dan single...seudah dewasa nanti, lu bakal merindukan semua kebebasan itu.

Well, sekarang semua itu sudah berlalu, tidak ada gunanya disesali. Gua bukan seseorang yg sempurna. Menyadari dan mengakui semua kekurangan di atas adalah langkah pertama gua untuk berubah. Gua bakal lebih sabar terhadap orang-orang di sekitar gua, gua bakal lebih menghargai apa yg gua punya, dan gua tidak akan terus menyesali masa lalu, gua akan melangkah maju dan membuat hari-hari gua mulai saat ini, menjadi lebih bermakna dan tanpa penyesalan.

Memang ironis ya hidup manusia itu. Sewaktu kecil kita ingin cepat dewasa, setelah dewasa kita malah merindukan masa muda. Sewaktu lajang kita ingin cepat punya pacar, setelah punya pacar kita baru sadar bahwa kita malah merindukan kebebasan di saat lajang  Banyak hal di dunia ini yg terasa indah pada saat kita tidak memilikinya, tapi saat kita akhirnya mendapatkan apa yg kita inginkan tersebut, kita baru menyadari bahwa...hidup itu adalah timbal balik. Di saat kita mendapatkan sesuatu, pada saat itu pula kita pun kehilangan sesuatu.

Setelah minum jus, gua pun memacu motor gua menuruni Jalan Surya Sumantri yg dari jaman gua kuliah dulu selalu macet. Sesaat gua pun memandang gedung kampus gua, dan tersenyum...ternyata setelah lulus pun gua masih mendapatkan ilmu hidup di sini.



Selamat ulang tahun yang ke-50, kampusku tercinta. Terima kasih untuk "KULIAH TERAKHIR"nya. Terima kasih untuk segala-galanya.  Gua akan berjuang untuk sukses, dan kalo suatu hari gua diwawancara wartawan dan ditanya dulu kuliah di mana, gua akan dengan bangga menjawab : "Universitas Kristen Maranatha, yang penuh koko ganteng dan cici cantik", hehehe.

Buat temen-temen yg masih sekolah dan kuliah, gua cuma mau pesen : Inget, masa muda itu cuma akan datang sekali, gunakanlah waktumu sebaik-baiknya.

You are only young once, cherish it.



Viewing all 172 articles
Browse latest View live